Katekese ke-9 tentang Santo Yosef
Santo Yosef, seorang pria yang “bermimpi”
.
Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Hari ini saya ingin berfokus pada sosok St Yosef sebagai pria yang bermimpi. Dalam Alkitab, seperti dalam budaya masyarakat kuno, mimpi dianggap sebagai sarana dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya. Mimpi melambangkan kehidupan spiritual kita masing-masing, bahwa pada ruang batin itu, kita masing-masing dipanggil untuk mengolah dan menjaganya, di mana Tuhan memanifestasikan diri-Nya dan sering berbicara kepada kita. Tetapi kita juga harus mengatakan bahwa di dalam diri kita masing-masing tidak hanya ada suara Tuhan: ada banyak suara lain. Misalnya, suara ketakutan kita, suara pengalaman masa lalu, suara harapan; dan ada juga suara si jahat yang ingin menipu dan membingungkan kita. Oleh karena itu penting untuk dapat mengenali suara Tuhan di tengah suara-suara lain. Yosef menunjukkan bahwa dia tahu bagaimana memupuk keheningan yang diperlukan, dan di atas segalanya, bagaimana membuat keputusan yang tepat di hadapan Firman yang Tuhan sampaikan kepadanya di dalam hati. Hari ini, akan baik bagi kita untuk mengambil empat mimpi dalam Injil dimana terdapat dia di dalamnya, untuk memahami bagaimana menempatkan diri kita di hadapan wahyu Tuhan. Injil menceritakan kepada kita tentang empat mimpi Yosef.
Dalam mimpi pertama (lih. Mat 1:18-25), malaikat membantu Yoseff menyelesaikan drama yang menyerangnya ketika dia mengetahui kehamilan Maria: “janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (ay. 20-21). Dan tanggapannya segera: “Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya” (ay. 24). Hidup seringkali menempatkan kita dalam situasi yang tidak kita pahami dan tampaknya tidak memiliki solusi. Berdoa pada saat-saat ini — ini berarti membiarkan Tuhan menunjukkan kepada kita hal yang benar untuk dilakukan. Faktanya, sangat sering doa yang memberi kita intuisi jalan keluar. Saudara dan saudari terkasih, Tuhan tidak pernah membiarkan masalah muncul tanpa juga memberi kita bantuan yang kita butuhkan untuk mengatasinya. Dia tidak melemparkan kita sendirian ke dalam api. Dia tidak membuang kita di antara binatang. Tidak. Ketika Tuhan menunjukkan kepada kita masalah, atau mengungkapkan suatu masalah, Dia selalu memberi kita intuisi, bantuan, kehadiran-Nya, untuk keluar darinya, untuk menyelesaikannya.
Dan mimpi kedua yang mengungkapkan Yosef datang ketika kehidupan anak Yesus dalam bahaya. Pesannya jelas: “”Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” (Mat 2:13). Yosef menurut tanpa ragu-ragu: ” Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga,” kata Injil, ” lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati.” (ay. 14-15). Dalam hidup kita semua mengalami bahaya yang mengancam keberadaan kita atau keberadaan orang yang kita cintai. Dalam situasi seperti ini, berdoa berarti mendengarkan suara yang dapat memberi kita keberanian yang sama seperti Yosef, untuk menghadapi kesulitan tanpa menyerah.
Di Mesir, Yosef menunggu tanda dari Tuhan bahwa dia bisa kembali ke rumah, dan ini adalah isi dari mimpi ketiga. Malaikat itu mengungkapkan kepadanya bahwa mereka yang ingin membunuh Anak itu sudah mati dan memerintahkannya untuk pergi bersama Maria dan Yesus dan kembali ke tanah airnya (lih. Mat 2:19-20). Yusuf “bangunlah” Injil mengatakan, “dan mengambil Anak itu serta ibu-Nya, dan berangkat ke tanah Israel” (ay. 21). Tetapi dalam perjalanan pulang, “Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana.” (ay. 22). Inilah wahyu keempat: “Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret.” (ay.22-23). Ketakutan juga merupakan bagian dari kehidupan dan itu juga membutuhkan doa kita. Tuhan tidak menjanjikan kita bahwa kita tidak akan pernah memiliki rasa takut, tetapi dengan bantuan-Nya, itu tidak akan menjadi alasan untuk keputusasaan kita. Yosef mengalami ketakutan, tetapi Tuhan juga membimbingnya untuk melewatinya. Kuasa doa membawa terang ke dalam situasi kegelapan.
Saya mengingat bahwa pada saat ini begitu banyak orang yang dihancurkan oleh beban hidup dan tidak bisa lagi berharap atau berdoa. Semoga St Yosef membantu mereka membuka diri untuk berdialog dengan Tuhan guna menemukan terang, kekuatan, dan kedamaian.
Dan saya pun mengingat orang tua dalam menghadapi masalah anak-anak mereka: Anak-anak dengan berbagai penyakit, anak-anak yang sakit, bahkan dengan sakit yang permanen. Betapa banyak rasa sakit yang ada! — orang tua yang melihat orientasi seksual yang berbeda pada anak-anak mereka; bagaimana menghadapi hal ini dan menemani anak-anaknya dan tidak bersembunyi dalam sikap mengutuk. Orang tua yang melihat anak-anak mereka pergi karena sakit, dan juga — yang lebih menyedihkan lagi, kita membacanya setiap hari di surat kabar — anak-anak yang melakukan kenakalan dan berakhir dengan kecelakaan mobil. Orang tua yang melihat anaknya tidak berkembang di sekolah dan tidak tahu harus bagaimana. Begitu banyak masalah orang tua. Mari kita pikirkan: bagaimana upaya untuk membantu mereka. Dan kepada para orang tua ini saya katakan: janganlah takut. Ya, ada rasa sakit. Banyak. Tetapi ingatlah tentang Tuhan, ingatlah tentang bagaimana Yosef memecahkan masalah dan mintalah Yosef untuk membantu Anda. Jangan pernah mengutuk anak.
Saya merasakan terpenuhi oleh dengan belas kasih — itu terjadi di Buenos Aires — ketika saya naik bus dan itu lewat di depan penjara. Ada antrian orang yang harus masuk untuk mengunjungi para tahanan. Dan ada seorang ibu di sana. Dan saya sangat tersentuh oleh ibu ini, yang menghadapi masalah seorang putranya yang telah melakukan kesalahan dan berada di penjara, ia tidak meninggalkannya sendirian, ia mencondongkan wajahnya ke depan dan menemaninya. keberanian ini; keberanian seorang ayah dan ibu yang selalu, selalu menemani anak-anaknya. Mari kita memohon kepada Tuhan untuk memberikan keberanian ini kepada semua ayah dan ibu, seperti yang Dia berikan kepada Yosef. Dan untuk berdoa, bukan? Berdoalah agar Tuhan membantu kita di saat-saat ini.
Doa, bagaimanapun, jangan pernah merupakan gerakan yang abstrak atau murni internal, seperti gerakan spiritualis yang lebih gnostik daripada Kristen. Tidak, bukan itu. Doa selalu terkait erat dengan amal. Hanya ketika kita menggabungkan doa dengan cinta kasih, cinta kasih untuk anak-anak dalam kasus yang baru saja saya sebutkan, atau cinta kasih untuk sesama kita, barulah kita dapat memahami pesan-pesan Tuhan. Yosef berdoa, bekerja, dan mencintai — tiga hal indah bagi orang tua: berdoa, bekerja, dan mencintai — dan karena itu dia selalu menerima apa yang dia butuhkan untuk menghadapi cobaan hidup. Marilah kita mempercayakan diri kita kepada-Nya dan kepada pengantaraan-Nya.
.
St Yosef, pria yang bermimpi,
ajarilah kami untuk memulihkan kehidupan spiritual
sebagai tempat batin di mana Tuhan memanifestasikan diri-Nya dan menyelamatkan kami.
Singkirkanlah dari kami pemikiran bahwa berdoa tidak berguna;
bantulah kami masing-masing untuk menyesuaikan diri dengan apa yang Tuhan tunjukkan kepada kami.
Semoga penalaran kami diterangi oleh terang Roh,
hati kami dikuatkan oleh kekuatan-Nya
dan ketakutan kami diselamatkan oleh belas kasihan-Nya. Amin.
.
_________________________________________
Seruan
Besok adalah Hari Peringatan Holocaust Internasional. Penting untuk mengingat pemusnahan jutaan orang Yahudi, dan orang-orang dari berbagai kebangsaan dan keyakinan agama. Kekejaman yang tak terkatakan ini tidak boleh terulang. Saya mengimbau semua orang, terutama pendidik dan keluarga, untuk menumbuhkan kesadaran generasi baru akan kengerian halaman hitam sejarah ini. Itu tidak boleh dilupakan, agar kita bisa membangun masa depan di mana martabat manusia tidak lagi diinjak-injak.
_________________________________________
Sapaan Khusus
Saya mengucapkan selamat datang kepada para peziarah berbahasa Italia. Secara khusus, saya menyapa Pemadam Kebakaran Potenza dan perwakilan dari Lega Nazionale di Calcio Serie B.
Akhirnya, pikiran saya, seperti biasa, beralih kepada para orang tua, orang sakit, orang muda dan pengantin baru. Hari ini liturgi memperingati Santo Timotius dan Titus, yang, diajarkan di sekolah Rasul Paulus, mewartakan Injil dengan semangat yang tak kenal lelah. Semoga teladan mereka mendorong Anda untuk menghayati panggilan Kristiani Anda secara konsisten, menemukan di dalam Tuhan kekuatan untuk menghadapi kesulitan hidup.
Dan izinkan saya menjelaskan kepada Anda bahwa saya tidak akan dapat pergi ke antara Anda hari ini untuk menyambut Anda, karena saya memiliki masalah dengan kaki kanan saya; ligamen di lutut saya meradang. Tapi saya akan turun dan menyapa Anda di sana [di kaki panggung] dan Anda akan bisa lewat untuk menyapa. Ini adalah hal yang berlalu. Mereka bilang ini hanya terjadi pada orang tua, dan aku tidak tahu mengapa itu datang padaku, tapi… Aku tidak tahu.
Untuk semua, berkatku senantiasa.
* * *
Saya memohon kepada Anda sekalian untuk berdoa Bapa Kami untuk perdamaian di Ukraina, sekarang dan sepanjang hari ini. Mari kita memohon kepada Tuhan agar negara ini dapat tumbuh dalam semangat persaudaraan, dan bahwa semua rasa sakit, ketakutan dan perpecahan akan diatasi. Kita telah berbicara tentang Holocaust. Tetapi mari kita pikirkan juga bahwa [di Ukraina] jutaan orang terbunuh [1932-1933]. Mereka adalah orang-orang yang menderita; mereka menderita kelaparan, menderita banyak kebrutalan dan mereka layak mendapatkan perdamaian. Semoga doa dan permohonan yang hari ini naik ke surga menyentuh pikiran dan hati para pemimpin dunia, sehingga dialog dapat berlangsung dan kebaikan bersama didahulukan dari kepentingan partisan. Tolong, jangan ada lagi perang.
.
Aula Audiensi Paulus VI
Rabu, 26 Januari 2021