Pertumbuhan Iman

Renungan Harian Misioner
Jumat Biasa IV, 04 Februari 2022
P. S. Yohanes de Britto

Sir. 47:2-11; Mzm. 18:31,47,50,51; Mrk. 6:14-29

Kitab Suci tidak hanya mengandung aturan-aturan namun juga cerita-cerita tentang relasi Allah dan manusia. Semua cerita yang ada tidak hanya terjadi pada masa lalu, tetapi bahkan pada saat inipun terjadi. Di saat merenungkan bacaan-bacaan hari ini khususnya bacaan Injil yang mengisahkan pembunuhan Yohanes yang dilakukan oleh Raja Herodes, saya teringat sebuah pengalaman sebelum pentahbisan diakonat dan imamat saya. Menurut orang tua dan para tua adat di kampung, saat para misionaris berkunjung ke kampung saya beberapa puluh tahun yang lalu, nenek moyang saya menyambut mereka dengan senang hati. Mereka sangat mengagumi para misionaris yang hadir di tengah-tengah mereka. Akan tetapi ketika para misionaris meminta persetujuan mereka untuk mendirikan bangunan gereja di desa, nenek dan kakek saya tidak menyetujuinya. Maka itu, sebelum pentahbisan saya, keluarga besar mewakili para leluhur melakukan upacara pengakuan dosa secara adat. Mereka mengakui bahwa mereka telah melakukan suatu kesalahan besar. Mereka mengagumi para misionaris dan Sabda Allah yang didengarkan, akan tetapi mereka menghalangi dan ‘membunuh’ pertumbuhan iman di kampung saya.  

Bacaan pertama hari ini menampilkan kepada kita keagungan Allah dalam pribadi Daud. Ia dipilih dan diutus oleh Allah untuk melawan arogansi dan kuasa setan yang memanifestasikan dirinya dalam diri Goliat dan orang-orang Filistin. Meskipun kelihatannnya tidak diperhitungkan karena bentuk fisiknya yang kecil, Daud, dengan kuasa Allah, mampu mengalahkan para lawannya. Dalam semua aktivitasnya, Daud mensyukuri kebesaran Allah bernyanyi-menari untuk-Nya, dan Allah memperhitungkannya sehingga dianugerahi pengampunan dosa dan kuasa untuk melayani bangsa Israel.

Sedangkan dalam bacaan Injil, kita melihat bahwa figur Daud dihidupkan kembali oleh Yohanes Pembaptis. Penginjil Markus mengisahkan bahwa Raja Herodes cemas dengan kehadiran Yesus yang disangka sebagai Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali setelah dibunuh. Raja Herodes yang sebelumnya melindungi, menganggap Rasul Yohanes sebagai orang baik, suci, menyukai serta merasa ditantang oleh pewartaan Sabda Allah yang dilakukannya, kini dia harus mengorbankannya karena masalah perselingkuhanya dengan Herodias dan bisnis politik yang dilakukannya. Terlihat bahwa Herodes ingin memuaskan keinginan Herodias dan para tamu undangan. Hal ini jugalah yang dialami Yesus, di mana Pilatus menyerahkan-Nya untuk disalibkan bukan karena ia menemukan kesalahan Yesus tetapi untuk mempertahankan kekuasaannya dan memuaskan keinginan banyak orang (bdk. Mrk. 15:15). Sebuah paradoks dialaminya; mengagumi tapi kemudian membunuh Yohanes. Kita bisa membayangkan bagaimana keberanian Yohanes menantang dan mendorong keluarga istana Herodes untuk bertobat dengan tidak mengambil Herodias sebagai istri sirinya dan bagaimana pergulatan batin Herodes saat itu. 

Menjadi pengikut Kristus bukan berarti kita menjadi fans-Nya. Banyak orang mengagumi kisah hidup dan Sabda Yesus, akan tetapi mereka ragu dan bahkan menolak untuk melakukan apa yang dikatakan oleh-Nya. Raja Herodes dan nenek moyang atau leluhur saya mengagumi para pewarta dan Sabda Allah, tapi mereka tidak membiarkan diri untuk melakukan Sabda Allah yang dikagumi. Kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus seharusnya membiarkan diri untuk ditantang, dikoreksi dan diajar oleh Sabda-Nya (bdk. 2Tim. 3:16). Dengan demikian, kita menghidupi-Nya dan bukan ‘membunuh’ pertumbuhan-Nya dalam diri kita. Kita membiarkan-Nya untuk mendarah daging dalam diri dan ‘mengalir’ lewat perbuatan kita sehari-hari. Yesus tidak memanggil dan menjadikan kita sebagai pengagum-Nya tapi sebagai pelaku atau “pemain” Sabda Allah. Raja Daud dan Rasul Yohanes telah memberikan kita sebuah contoh bagaimana menjadi aktor dari Sabda Allah. Keberaniaan, pergulatan, keberhasilan dan kebahagiaan mereka dalam menjalankan pewartaan menjadi suatu kesaksian yang dapat menumbuhkan iman mereka dan orang lain kepada Allah. Semoga kitapun meneladani mereka dalam menghidupi iman kita. Amin.

(RP. Erik Tjeunfin, SX – Misionaris Xaverian)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti

Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.

Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik

Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.

Amin

Satu respons untuk “Pertumbuhan Iman

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s