ALLAH Andalan Kita

Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan V Prapaskah, 08 April 2022
P. S. Redemptus de Ferento

Yer. 20:10-13; Mzm. 18:2-3a,3b-4,5-6,7; Yoh. 10:31-42

Yeremia adalah nabi, yang mengalami hidup berat. Padahal ia diutus untuk mewartakan kerahiman Allah. Yer. 20:10-13 menunjukkan dengan jelas, bahwa betapa gawat pun hidupnya, nabi Yeremia tetap beriman akan Allah, Junjungannya. Ia diancam dari kiri-kanan, muka-belakang. Bahkan diceriterakan mengenai sahabat karib, yang tidak lagi bersikap bersahabat. Namun, Yeremia tidak runtuh dengan sikap tidak bersahabat dari teman-temannya. Kekuatannya datang dari ‘intensi atau ujud murni’ yang setiap kali mengisi cinta kasih persahabatan yang senantiasa mewarnai pertemuan-pertemuan mereka, ketika sang nabi mewartakan kasih sayang Allah. Ia tetap saja mewartakan Kabar Gembira: bahkan juga dengan sukaria dan nyanyian.

Hal serupa dapat disaksikan pada para martir di zaman Gereja Perdana, maupun di zaman modern pada orang-orang seperti para saksi iman di Vietnam dan Timor Leste. Di tempat-tempat itu, para utusan Tuhan diharapkan dapat menjadi jembatan antara Allah dengan manusia, dengan kata-kata maupun seluruh hidupnya. Apapun alasan nyatanya, mereka dapat saja menjadi korban dalam konflik kemasyarakatan. Hal serupa terjadi juga di Korea dan Amerika Selatan, yang mewartakan Kabar Gembira dalam diri murid-murid Kristus yang mempersembahkan hidupnya. Peristiwa-peristiwa itu boleh kita kenangkan, ketika mengkontemplasikan bacaan nabi Yeremia, yang disebut di atas (20:10-13). Sebab gambarnya berdekatan, yaitu utusan Tuhan, yang hidupnya mendekatkan cinta kasih sesama dengan cinta kasih kepada Allah. Perjanjian Lama memang amat banyak menyajikan kisah, yang memperlihatkan, bagaimana pengabdian kepada masyarakat merupakan “tanda dan sarana” iman kepada Sang Pencipta, yang tidak henti-hentinya menyelenggarakan hidup anak-cucu Abraham-Ishak-Yakub dalam membangun persaudaraan manusiawi. Di sana berpadulah “cinta bakti kepada Sang Pencipta” dengan “kasih setia kepada Sang Pembimbing Bangsa” serta “keberpaduan suku serta keluarga besar manusiawi”.

REFLEKSI KITA: bagaimanakah kita menyatukan iman kepada Allah, dengan pembangunan persahabatan antara kita sebagai manusia, yang pernah saling mengasihi dan ingin melanjutkan cinta persekutuan dalam masyarakat? Apakah cinta diri atau cinta dalam kelompok kita dikuduskan dalam kasih sayang Ilahi? Memang permusuhan maupun persahabatan manusiawi sejak awal Kitab Kejadian, sampai dengan pembentukan Kerajaan Israel dan masa sesudah Pembuangan, “berjalan berdampingan”: kadang dengan “gesekan keras”, kadang dengan “sentuhan mesra”.

Dalam Mazmur 18:2-7 suasana sukacita bergema di tengah hidup menderita para anak cucu Abraham-Ishak-Yakub. Mereka berani melakukannya karena mereka secara amat dalam mengimani kesetiaan Allah untuk selalu melindungi umat,- apapun derita yang harus mereka alami. Hidup mereka boleh saja sesak dan penuh sengsara: tetapi iman mereka kepada Penyelenggaraan Ilahi tetap kuat.

REFLEKSI KITA: di tengah wabah, yang sering terasa amat berat di abad 21 ini, dapatkah kita menyanyikan pujian bagi Tuhan? Mazmur dapat menguatkan kita? Setiakah kita kepada iman kepada Allah yang berjanji setia?

Perjanjian Baru, Guru Nasaret mengalami hal yang lebih berat. Ia diganggu ketika “berjalan bersama para murid dan orang-orang Israel”. Apalagi dalam kontak dengan orang Samaria”. Lebih jauh lagi Yesus sering seiring dengan bangsa-bangsa di seberang Yordan untuk mewartakan cinta Allah Bapa, yang memberkati anak-anak Israel, menunjukkan perlindungan-Nya tanpa henti; walaupun diingkari dengan dosa-dosa dari mereka yang dicintai-Nya serta dilimpahi rahmat.

Nyatanya kerahiman senantiasa dihadirkan bahkan sampai di Babylon dan “Perjalanan Pulang ke Tanah Terjanji”. Masa Zakharia dan Yohanes Pembaptis memulai harapan baru di kalangan Israel dan membuka pintu baru bagi kesejahteraan dan kedamaian.

Dengan “jalan bersama”, Yesus dan para murid mencoba melaksanakan apa yang diceriterakan Yohanes 10:31-42. Kelemahan mereka dalam belajar setia kepada Sang Guru untuk mengimani Kasih Sayang Allah kerap kali dijawab Tuhan Yesus dengan ampun dan kasih sayang. Padahal sudah jelas, betapa sering para Rasul pun gagal setia kepada Tuhan Yesus. Nubuat Yohanes Pembaptis juga tidak mendapat perhatian cukup, untuk menumbuhkembangkan kepercayaan kepada Kerahiman Ilahi. Selama “Jalan Bersama para Umat Perjanjian Baru”, Tuhan penuh cinta; seberapapun penderitaan-Nya.

Bersama-sama para saksi iman sejak Gereja Perdana sampai dengan martir-martir zaman modern, kita dapat mewujudkan kasih setia kita kepada cinta kasih Ilahi.

REFLEKSI KITA: seberapa dalamkah pengalaman kita seputar kasih setia Allah? Seberapa terbuka hati kita untuk menyambut kasih Allah? Marilah kita mohon Roh Kudus untuk setia kepada cinta Allah dalam Sang Putera.

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Tenaga kesehatan

Kita berdoa untuk para tenaga kesehatan yang melayani orang sakit dan lansia, terutama yang berada di negara-negara miskin; semoga mereka mendapat dukungan yang memadai dari negara dan komunitas setempat.

Ujud Gereja Indonesia: Bersikap terhadap konsumerisme

Kita berdoa semoga kita tetap bersikap sederhana dan tidak tergoda untuk memiliki barang yang tidak kita perlukan di tengah gelombang konsumerisme yang mendikte dunia.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s