Renungan Harian Misioner
Jumat, 15 April 2022
JUMAT AGUNG
Yes. 52:13 – 53:12; Mzm. 31:2,6,12-13,15-16,17,25; Ibr. 4:14-16; 5:7-9; Yoh. 18:1 – 19:42
Para Pembaca RenHar KKI yang terhormat, salam jumpa kembali. Shalom!
Pada hari ini, kita menyatukan diri dengan Gereja sejagad untuk merayakan peringatan hari wafatnya Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam kalender yang umum, Hari ini seringkali ditulis sebagai Hari Wafatnya Isa Almasih. Namun Isa yang dimaksudkan ini adalah putera Miryam, saudari Musa dan Harun (Bilangan 12:1, dst). Sedangkan Yesus Kristus adalah Putera Bunda Maria (Matius 1:18). Dan dengan demikian, menjadi jelas bahwa yang kita peringati pada Hari Jumat Agung ini adalah wafat-Nya Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Bunda Maria. Bukan wafatnya Isa putera Miryam saudari Musa dan Harun itu!
Tentang Isa itu, kita tidak punya informasi Alkitabiah. Tetapi mengenai Yesus Kristus, semua nubuatan para nabi mengarah kepada diri-Nya, dan bahwa nubuatan itu digenapi oleh-Nya, termasuk nubuatan tentang wafat-Nya yang kita peringati pada Hari Jumat Agung ini (Yesaya 53:11-12). Dan dengan mengacu kepada nubuatan yang telah terpenuhi oleh Tuhan kita Yesus Kristus ini, kita melihat bahwa wafat Tuhan kita Yesus Kristus ini sesungguhnya adalah semacam undangan kepada Kebangkitan dan Hidup bagi saudara dan saya!
Undangan yang dimeteraikan dengan darah dan nyawa
Sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh para Nabi, wafat-Nya Tuhan kita Yesus Kristus dimaksudkan untuk “memenuhi kehendak Allah.” Dan apa yang dikehendaki oleh Allah, dengan menyerahkan Putera-Nya kepada penderitaan ini, tidak lain adalah untuk “memenangkan kita dari cengkeraman dosa dan maut, agar oleh bilur-bilur-Nya, kita memperoleh kehidupan.” Nabi Yesaya mengungkapkan hal ini ketika dia menulis nubuatan tentang Hamba Yahweh ini, “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yesaya 53:3-5).
Rancangan Allah yang menyerahkan Putera-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus kepada kematian-Nya ini, sudah mencakup hidup dan keselamatan kita sebagai tujuannya. Kembali merujuk kepada nubuatan Yesaya tersebut di atas, kita menemukan bahwa wafat-Nya Tuhan kita Yesus Kristus ini, dapat diumpamakan sebagai semacam undangan. Melalui sengsara dan wafat Putera-Nya ini, Tuhan Allah mengundang kita kepada keselamatan dan hidup yang Dia kerjakan bagi kita. Sebagai sebuah undangan, tentu apa yang dirancang oleh Allah dan dilaksanakan secara paripurna oleh Tuhan kita Yesus Kristus melalui sengsara dan wafat-Nya ini (Yohanes 19:30), membutuhkan tanggapan dan kerjasama dari kita, yang menjadi peserta dalam Proyek Penyelamatan Allah ini!
Undangan yang mempertemukan kita dengan Pokok Keselamatan
Melalui sengsara dan wafat Yesus, Putera-Nya, yang kita peringati pada Hari Jumat Agung ini, Surat Undangan Allah kepada Kebangkitan dan Hidup itu sudah dibuka kepada saudara dan saya. Bagaimanakah seharusnya jawaban kita terhadap undangan Allah ini? Meminjam kata-kata penulis surat kepada orang Ibrani, undangan ini langsung dihadirkan kepada kita, sebagai bagian dari keikutsertaan Allah dalam kehidupan kita, sebagai “Imam Agung” : “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Selain sebagai Imam Agung, Yesus Kristus juga dihadirkan sebagai “Pokok Keselamatan kita” : “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek” (Ibrani 5:7-9).
Dua Cara Untuk Menanggapi Undangan Allah
Penulis Surat kepada orang Ibrani memberikan kepada kita dua cara untuk menanggapi undangan Allah kepada Pokok Keselamatan di dalam Yesus Kristus Putera-Nya, yakni pertama “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita” (Ibrani 4:14). Kedua, “…marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16).
Sebuah Permenungan Akhir
Selama Masa Pandemi Covid-19 dengan Protokol Kesehatan yang ketat, yang hingga saat ini membatasi aneka kegiatan rohani kita:
- Sejauh mana atau seberapa kuat aku berpegang pada pengakuan imanku?
- Seberapa sering aku menghampiri takhta kasih-karunia dan kerahiman Allah untuk mendapatkan pertolongan-Nya?
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Tenaga kesehatan
Kita berdoa untuk para tenaga kesehatan yang melayani orang sakit dan lansia, terutama yang berada di negara-negara miskin; semoga mereka mendapat dukungan yang memadai dari negara dan komunitas setempat.
Ujud Gereja Indonesia: Bersikap terhadap konsumerisme
Kita berdoa semoga kita tetap bersikap sederhana dan tidak tergoda untuk memiliki barang yang tidak kita perlukan di tengah gelombang konsumerisme yang mendikte dunia.
Amin