Bersama Roh Kudus dan Bunda Maria Melarutkan Cinta Kasih ALLAH ke Dunia

Renungan Harian Misioner
Selasa, 07 Juni 2022
P. S. Anne dr S. Bartolomeus

1Raj. 17:7-16; Mzm. 4:2-3,4-5,7-8; Mat. 5:13-16

Para Pembaca RenHar KKI yang terkasih: Shalom! Kita Kembali lagi ke dalam Masa Biasa dalam Tahun Liturgi C/II setelah mengakhiri Masa Paskah yang berpuncak pada Hari Raya Pentakosta, diikuti dengan Pesta Santa Maria Bunda Gereja yang menjadi Hari Raya pertama sekembalinya kita ke dalam Masa Biasa ini. Sepanjang Masa Paskah, khususnya dari Jumat Pekan IV Paskah hingga Pentakosta, terus-menerus Tuhan kita Yesus Kristus menegaskan tentang Amanat Agung Cinta kasih, yang Dia berikan ketika makan bersama para murid-Nya pada Malam Perjamuan Terakhir. Melalui Perintah Cinta kasih yang diamanatkan-Nya itu, identitas kita sebagai para murid-Nya dipertegas. Kita adalah murid-murid Yesus karena Cinta kasih-Nya nyata terlihat di dalam kehidupan kita. Kita telah membuktikan Cinta kasih kita dengan menjadi pelaku-pelaku Firman-Nya. Dan kitapun telah masuk ke dalam persekutuan Cinta kasih dengan Allah Tritunggal: Bapa, Putera, dan Roh Kudus, yang mengangkat status hidup kita di dalam Allah, sebagai “orang-orang yang bukan dari dunia ini, karena kita telah dipilih oleh Allah untuk itu!”

Dengan identitas plus status hidup yang jelas di dalam Allah Tritunggal ini, kita kemudian dibawa masuk ke dalam Masa Biasa Tahun Liturgi C/II, yang kita awali dengan merayakan Pesta Santa Maria Bunda Gereja. Dan dengan demikian, perjalanan hidup serta ziarah kita sepanjang hari-hari dalam Masa Biasa yang berlanjut dalam Pekan X ini, adalah perjalanan yang dibingkai oleh “Kasih” untuk dihayati dan dilarutkan ke dalam dunia dan umat manusia, layaknya “Garam” yang memang harus “larut” untuk memberi “rasa lezat” kepada makanan yang kita makan. Supaya kita mampu “melarutkan Amanat Agung Cinta kasih Allah itu kepada dunia dan umat manusia,” kita didampingi oleh Roh Kudus dan juga oleh Bunda Maria, yang diberikan kepada kita untuk menjadi “Bunda Gereja.” Dan dengan demikian, kita tidak lagi berziarah secara pribadi, melainkan sebagai Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik, dan apostolik di dalamnya bimbingan Roh Kudus kita andalkan, dan contoh hidup serta pertolongan Bunda Maria kita perlukan!

Melarutkan Amanat Agung Cinta-kasih Allah ke dalam dunia

Sekalipun masih hidup dan berada di dalam dunia ini, namun Tuhan kita Yesus Kristus telah memperhitungkan para murid-Nya, sebagai orang-orang yang bukan lagi dari dunia ini, sebagaimana halnya dengan Tuhan kita Yesus Kristus dan Kerajaan-Nya juga bukan dari dunia ini (Yohanes 8:23, 15:19, 18:36). Karena itu, keberadaan kita sebagai para murid Yesus di dunia ini, harus ditata ulang menurut rencana Allah. Dan tugas perutusan kita di dunia ini, tidak lain adalah untuk memberi kesaksian tentang Tuhan kita Yesus Kristus, dan tentang hidup kekal yang dimenangkan-Nya bagi kita melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Dan untuk dapat melaksanakan kesaksian ini, Tuhan kita Yesus Kristus tidak membiarkan kita bekerja sendirian saja, tetapi Dia melengkapi kita dengan Roh Kudus-Nya (Yohanes 15:26-27).

Selain melengkapi kita dengan Roh Kudus-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus juga memberikan Bunda Maria, Ibu-Nya sendiri, untuk menjadi Bunda bagi kita di dalam Gereja atau persekutuan para murid-Nya. Kehadiran Bunda Maria ini juga menjadi penting, karena peran ibu Yesus ini dalam Sejarah Keselamatan, sudah ditegaskan sejak semula (Kejadian 3:15). Dari atas salib-Nya, Tuhan kita Yesus Kristus menyerahkan Maria untuk menjadi “Bunda Gereja” (Yohanes 19:26-27), dan untuk menyertai para murid Yesus ketika mereka bertekun dalam doa untuk menantikan kedatangan Roh Kudus (Kisah 1:13-14).

Menjadi Garam dan Terang

Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus menegaskan tentang tugas para murid-Nya di dunia, yakni menjadi “Garam” dan “Terang.” Sebagai garam, orang-orang dunia ini harus dapat merasakan bagaimana para murid-Nya itu “larut dalam kasih kepada Allah” dengan melakukan Firman-Nya, supaya di dalam persekutuan mereka dengan Allah itu, mereka juga “larut dalam tindakan amal kasih kepada sesama,” dan kemudian menjadikan “Cinta kasih” itu terang benderang dan dapat dirasakan oleh umat manusia di dalam dunia, seperti yang ditunjukkan oleh para murid Yesus di dalam cara hidup mereka setiap hari (Bdk. Kisah 2:41-47. Kisah 4:32-37).

Sebuah contoh lain, tentang cara hidup yang melarutkan Cinta kasih Allah itu hingga menjadi berkat dan memberi hidup kepada manusia, kita temukan dalam pelayanan Nabi Elia, yang diutus Tuhan kepada seorang janda di Sarfat, di tanah Sidon. Janda itu mendukung tugas pelayanan Nabi Elia dengan semua yang dia miliki, yakni segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli (1Raja-raja 17:12). Oleh karena dukungan kepada tugas pelayanan Nabi Elia itu diberikan dengan tulus dan penuh iman, maka Tuhan Allah membalas kebaikan perempuan janda itu dengan kasih-Nya yang lebih besar lagi, yakni menjamin kelangsungan hidupnya di saat dunia dipenuhi oleh bahaya kelaparan (1Raja-raja 17:15-16).

Semoga kitapun menjadi pelaku Firman seperti perempuan di Sarfat ini sehingga boleh mendapatkan Cinta kasih dan pemeliharaan Allah atas kehidupan kita. Amin! (RMG)

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Cinta keluarga Kristiani

Kita berdoa untuk keluarga-keluarga Kristiani di seluruh penjuru dunia, semoga mereka memiliki dan mengalami cinta tanpa syarat dan mengutamakan kesucian dalam menjalani hidup sehari-hari.

Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan yang kritis

Kita berdoa, semoga lembaga pendidikan dan keluarga mendidik anak-anaknya agar dapat bersikap kritis dan realistis terhadap tawaran-tawaran palsu dan kemewahan di sosial media.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s