Dosa Struktural

Renungan Harian Misioner
Selasa Biasa XV, 12 Juli 2022
P. S. Yohanes Gualbertus

Yes. 7:1-9; Mzm. 48:2-3a,3b-4,5-6,7-8; Mat. 11:20-24

Dua bacaan hari ini memiliki kemiripan meski dalam nuansa berbeda. Yesaya mengobarkan semangat Raja Ahas dan penduduk kota Yerusalem yang ciut nyalinya dan tipis imannya karena dikepung musuh. Maka Yesaya menghibur mereka agar tetap teguh dan tidak gentar, “Jikalau kalian tidak percaya, niscaya kalian tidak teguh jaya.”

Sementara Yesus mengecam kota-kota, di antaranya adalah Kapernaum. Padahal Kapernaum merupakan kota penting karena merupakan basis pelayanan Yesus di Galilea. Kapernaum merupakan sebuah kota Pelabuhan di tepi danau Galilea. Setelah Yesus meninggalkan kota Nasaret, tempat Ia dibesarkan, Ia pergi ke Kapernaum, memanggil murid-murid-Nya, mengajar di sekitar Kapernaum dan melakukan banyak mukjizat. Di Kapernaum Yesus memanggil Matius, yang juga dikenal sebagai Lewi, menjadi murid-Nya. Selama kurang lebih dua tahun, Yesus menjadi Guru dan Pembimbing bagi rasul-rasul. Lalu mengapa Yesus mengecam kota Kapernaum?

Untuk memahami kecaman Yesus ini saya mengingat akan dua ensiklik yakni, ensiklik Paus Paulus VI: Populorum Progessio (kemajuan bangsa-bangsa) pada tahun 1967, dan ensiklik Paus Yohanes Paulus II: Sollicitudo Rei Socialis (tentang keprihatinan sosial) pada tahun 1987.

Dalam ensiklik Populorum Progessio, Paus Paulus VI merefleksikan bahwa kemajuan bangsa-bangsa menyisakan masalah-masalah kemiskinan, penindasan oleh yang kuat, dan ketidakadilan. Oleh karena itu Paus Paulus VI dengan sangat gamblang mengkritik bentuk-bentuk ketidakadilan, seperti jurang kaya-miskin di dunia.

Paus Yohanes Paulus II (Paus JP II) menerbitkan ensiklik Sollicitudo Rei Socialis sebagai peringatan ulang tahun ke-20 ensiklik Populorum Progessio. Ensiklik ini mengajukan makna baru tentang pengertian “The Structures of Sin” (struktur-struktur dosa). Dalam ensiklik ini Paus JP II mengungkapkan fakta bahwa ada jurang yang luar biasa lebar antara negara-negara Selatan (miskin) dan Utara (kaya). Dunia seolah terbelah dua antara yang kaya dan yang miskin. Persoalan ini semakin rumit mana kala dirasakan semakin hebatnya pertentangan ideologis antara Barat dan Timur, antara kapitalisme dan komunisme.

Dalam dokumen ini, Paul JP II mengkritik negara-negara kaya yang dipandang semakin membabi buta dalam eksplorasi alam. Sementara negara-negara miskin semakin terpuruk oleh kemiskinannya. Konsumerisme dan dosa struktural semakin mendominasi hidup manusia. Inilah untuk pertama kali kita memahami dosa struktural. Dosa struktural artinya dosa yang secara sistematis kena pada struktur relasinya yang tidak adil. Dosa jenis ini tidak hanya berkaitan dengan dosa personal melainkan dosa komunal, relasional. Dosa ini menyentuh hubungan antar bangsa yang pada ujungnya berakibat pada kemiskinan negara-negara.

Contoh dosa struktural yang paling nyata adalah negara-negara maju membeli murah bahan mentah industri dari negara miskin, dan setelah diolah lantas dijual kembali ke negara asal dengan harga mahal. Dengan demikian negara miskin hanya mendapat bagian tetesan kecil dari keuntungan mereka (teori trickle down economy). Inilah dosa struktur itu, relasi tidak adil antar bangsa.

Merenungkan bacaan-bacaan hari ini dan dokumen Kepausan di atas, kita diingatkan pada peran kenabian bagi kita, “To afflict the powerful, and comfort the afflicted” (mengingatkan yang mapan, menghibur yang papa).

Yesaya menguatkan hati Raja Ahas dan Penduduk Yerusalem yang terpuruk karena di bawah kekuasaan musuh. Sementara Yesus mengingatkan penduduk Kapernaum yang mapan, kaya, dan sejahtera.

Paus JP II dalam Sollicitudo Rei Socialis memiliki bahasa yang sama kerasnya dengan kecaman Yesus pada kota Kapernaum. Paus menuliskan bahwa berada (being) itu lebih penting daripada berpunya (having), karena mempunyai barang-barang tidak menyempurnakan subyek manusia. Paus JP II menggarisbawahi bahwa sikap moral sosial sebagai keutamaan yang menggerakkan compassion untuk membangun bonum commune (kesejahteraan bersama).

Hampir pasti, bahwa pemandangan kota Kapernaum, kota pelabuhan yang makmur dan sejahtera di Pelabuhan Galilea memiliki dosa struktural yang membuat Yesus perlu mengecam kota itu untuk mengingatkan penduduknya.

(Walterus Teguh Santosa, SJ – Pastor Paroki Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Tangerang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Menghargai warisan lansia

Kita berdoa untuk para lansia; pada mereka kita dapat merasakan kembali akar hidup dan warisan berharga; semoga pengalaman dan kebijaksanaan mereka membantu kaum muda untuk menatap masa depan dengan penuh harapan dan tanggung jawab.

Ujud Gereja Indonesia: Kegelisahan anak muda

Kita berdoa semoga Gereja memberikan perhatian khusus kepada anak-anak muda yang depresi, gelisah, putus asa dan kehilangan harapan akan masa depannya karena dampak pandemi selama ini.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s