Renungan Harian Misioner
Rabu Biasa XVII, 27 Juli 2022
P. S. Aurelius & S. Natalia
Yer. 15:10,16-21; Mzm. 59:2-3,4-5a,10-11,17-18; Mat. 13:44-46
Salah satu pertanyaan yang perlu untuk selalu diajukan dan direnungkan dalam hidup ini adalah apa yang paling berharga bagi saya melebihi segalanya dan bagaimana saya menjaganya agar tetap memilikinya? Jawaban atas pertanyaan ini akan menjadi arah yang menentukan perjalanan hidup kita serta menentukan sikap dan perilaku kita dalam kehidupan ini. Perumpamaan mengenai harta dan mutiara yang diungkapkan Yesus untuk melukiskan Kerajaan Allah (Mat. 13:44-46) menjadi jawaban atas pertanyaan itu.
Dalam perumpamaan tentang harta, Kerajaan Allah diumpamakan dengan pekerja di ladang ditampilkan sebagai orang sangat bersukacita setelah menemukan harta yang paling berharga di ladang dan ia menyembunyikan harta itu supaya aman. Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu (Mat. 13:4). Di zaman Yesus, orang-orang Yahudi biasa menyembunyikan barang-barang berharga, supaya jangan dicuri atau dirampas. Maka, para pendengar Yesus waktu itu tidak sulit untuk langsung menangkap maksudnya. Yesus menghimbau para pendengar-Nya agar mereka bijak dan sekaligus cerdik dalam memilih harta yang paling berharga dan mengamankannya. Memang, orang sulit untuk mengamankan seluruh harta yang dimilikinya, tetapi orang harus tahu mana harta yang paling bernilai dan paling berharga yang harus “dipendamkan atau disembunyikan” dengan baik. Demikian pula dalam perumpamaan tentang mutiara, Kerajaan Allah diumpamakan dengan seroang pedagang yang mencari mutiara. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya, lalu membeli mutiara itu (Mat. 13:46). Pada zaman Yesus, mutiara merupakan barang yang amat berharga. Dalam Why. 18:12, mutiara dimasukkan ke dalam daftar barang-barang dagangan yang mencakup emas, perak dan permata.
Perumpamaan tentang harta yang terpendam serta mutiara yang sangat berharga menyajikan dua model yang berbeda mengenai kedatangan Kerajaan Allah, yaitu secara tidak sengaja menemukannya dan menemukannya setelah mencari dengan teliti. Perumpamaan tentang harta di ladang dan tentang mutiara saling berkaitan. Keduanya hendak menegaskan hal yang sama, yakni Kerajaan Allah. Ketika kita membaca perumpamaan tentang harta di ladang dan mutiara ini, mungkin kita cenderung berpikir bahwa perhatian Yesus terpusat pada Kerajaan Allah yang nilainya tertinggi. Namun, kita perlu sadari bahwa bukan harta dan mutiara yang menjadi pusat perhatian Yesus, melainkan sikap dan tindakan orang yang menemukannya menjadi perhatian utama perumpamaan ini. Mengapa? Alasannya karena pada saat Yesus berbicara, Kerajaan Allah sudah hadir. Pertanyaannya, para pendengar harus berbuat apa saja untuk tidak kehilangan peluang emas ini?
Apa yang diharapkan oleh Yesus dari para pendengar-Nya waktu itu dan dari kita sekarang ini? Yesus berharap supaya para pendengar-Nya dan kita seharusnya menanggapi amanat-Nya! Tentu saja, tanggapan atas Kerajaan Allah yang hadir dalam diri Yesus akan berbeda-beda pada setiap orang. Namun, semua orang seharusnya memanfaatkan kesempatan supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Kita perlu berjuang untuk melibatkan diri secara total demi memperoleh Kerajaan Surga. Kerajaan Allah mendatangkan sukacita yang luar biasa bagi orang yang menemukannya dan sangat berharga bagi orang yang senantiasa mencarinya. Si pekerja harian yang menjual seluruh miliknya untuk membeli ladang dan si pedagang yang menjual segala-galanya untuk membeli mutiara itu merupakan model ideal umat Kristiani. Mereka begitu sibuk mencari Kerajaan Surga sehingga semuanya yang lain dianggap tidak berarti.
Menemukan kerajaan Allah adalah seperti menemukan harta terpendam atau menemukan satu mutiara yang sangat berharga. Menjual semua yang kita miliki untuk mendapatkan harta yang tak ternilai ini bisa berarti kita “menjual” apa yang kita anggap sebagai milik kita seperti: keluarga, teman, harta benda, pekerjaan, gaya hidup kita, ketenaran dan apa yang kita lakukan untuk menyenangkan diri kita. Memang, tidak gampang bagi kita untuk “menjual” seluruh milik kita. Namun, kita hendaknya sadar bahwa tidak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan sekaligus (Mat. 6:24). Nasib setiap kita pada saat penghakiman nanti akan tergantung dari opsi pilihan kita masing-masing saat ini: memiliki harta dan mutiara Kerajaan Allah atau harta dan mutiara duniawi. Bersikap dan bertindak seperti si pekerja di ladang dan si pedagang yang rela menjual segala milik mereka demi harta yang paling berharga sungguh berat dan sulit bagi kita. Kita hendaknya dengan penuh kerendahan hati senantiasa mohon rahmat dan karunia khusus dari Tuhan agar kita dimampukan untuk bersikap dan bertindak seperti si pekerja di ladang dan si pedagang, yakni “menjual apa yang kita miliki demi Kerajaan Allah yang hadir dalam diri Yesus.”
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen STKIP Weetebula, NTT)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Menghargai warisan lansia
Kita berdoa untuk para lansia; pada mereka kita dapat merasakan kembali akar hidup dan warisan berharga; semoga pengalaman dan kebijaksanaan mereka membantu kaum muda untuk menatap masa depan dengan penuh harapan dan tanggung jawab.
Ujud Gereja Indonesia: Kegelisahan anak muda
Kita berdoa semoga Gereja memberikan perhatian khusus kepada anak-anak muda yang depresi, gelisah, putus asa dan kehilangan harapan akan masa depannya karena dampak pandemi selama ini.
Amin