Renungan Harian Misioner
Senin Biasa XXI, 22 Agustus 2022
PW. Santa Perawan Maria, Ratu
2Tes. 1:1-5,11b-12; Mzm. 96:1-2a,2b-3,4-5; Mat. 23:13-22; atau dr Ruybs
Hari ini Gereja Katolik merayakan pesta wajib Santa Perawan Maria, Ratu. Gelar Ratu merupakan salah satu gelar yang disematkan pada Bunda Maria. Pemberian gelar kepada Maria, seorang wanita sederhana dari Nasaret, sepertinya kurang sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Maria sendiri sebagaimana tercatat dalam Kitab Suci. Maria sendiri ingin menjadi hamba Tuhan dan menyatakan diri sebagai hamba Tuhan: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan” (Luk. 1:38). Namun, pemberian gelar pada Maria sebagai ratu bukan karena ketenaran, kecantikan, kemewahan lahiriah dan kekuasaan, melainkan karena ketaatan dan kesetiaan Maria. Maria adalah ratu iman yang sederhana dan rendah hati.
Konsili Vatikan II meneruskan tradisi keyakinan sejak abad IV dengan menegaskan kembali ajaran tentang keratuan Maria: “Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya” (Lumen Gentium 59). Kata-kata Konsili “agar ia lebih menyerupai Putranya” menunjukkan bahwa pemberian gelar ratu ini justru karena ketaatan dan kesetiaan Maria pada misi yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Paus Benediktus XVI menunjukkan bahwa penerimaan Maria pada kehendak ilahi merupakan alasan utama bahwa ia adalah Ratu Surga. Oleh karena penerimaannya yang rendah hati dan tanpa pamrih pada kehendak Tuhan, “Tuhan menempatkannya dalam posisi yang lebih tinggi dibandingkan semua makhluk lainnya, dan Kristus memahkotainya sebagai Ratu surga dan bumi”.
Bacaan Injil hari ini berisi celaan dan kecaman Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi. Para ahli Taurat dan orang Farisi disebut celaka dan dicap sebagai orang munafik oleh Yesus. Mengapa? Alasannya karena mereka telah melakukan berbagai kejahatan dan penyimpangan yang merugikan sesamanya. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi lebih menyukai gagasan mereka tentang agama daripada kehendak Allah. Yesus mengkritik para ahli Taurat dan orang Farisi bukan saja karena mereka sendiri gagal masuk ke dalam kerajaan Allah, tetapi lebih buruk, mereka merintangi orang yang berusaha untuk masuk (Mat. 23:13-14). Selaku pemimpin agama dan penafsir Kitab Suci yang diakui masyarakat, mereka seharusnya yang pertama menyambut Yesus dan memengaruhi orang lain untuk mengikut Dia, tetapi orang-orang yang berusaha untuk masuk surga mereka cegah melalui kepemimpinan yang salah. Yesus mengingatkan kaum Farisi bahwa orang non-Yahudi yang memeluk agama Farisi adalah dua kali lebih bersemangat dan lebih tersesat daripada gurunya (Mat. 23:15). Yesus memperingatkan mereka bahwa pada akhirnya mereka akan menjadi “orang neraka” (Mat. 23:15) dan bukan “anak-anak Allah” (Mat. 5:9). Yesus juga mencela pembedaan tanpa guna yang dibuat oleh kaum Farisi untuk tata cara sumpah. Kaum Farisi bersumpah demi emas atau persembahan yang ada di Bait Suci, yaitu hal-hal yang dikaitkan dengan Allah, sebagai cara untuk menghindarkan penyebutan nama Allah. Yesus menegaskan bahwa cara yang bagus ini tidak ada gunanya sama sekali (Mat. 23:16-22). Singkatnya, para ahli Taurat dan orang Farisi dicela oleh Yesus karena mereka gagal untuk memimpin orang lain kepada Allah dan gagal untuk memahami arti dan maksud Firman Allah yang sebenarnya.
Kecaman dan celaan Yesus yang ditujukan kepada para ahli Taurat dan orang Farisi dulu itu merupakan peringatan serius bagi kita orang Kristiani zaman ini. Tidak jarang apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi juga dilakukan oleh Kristiani, terutama orang-orang yang mendapat peran istimewa dan khusus dalam komunitas umat. Godaan untuk bersikap dan berperilaku seperti para ahli Taurat dan orang Farisi tentu selalu hadir dalam hidup kita sebagai orang Kristiani. Namun, secara spiritual kita hendaknya optimis karena kita memiliki Bunda Maria. Kita adalah putra dan putri Bunda Maria. Bunda Maria adalah Ratu yang senantiasa mendampingi dan mendoakan kita. Kita hendaknya senantiasa mohon doa Bunda Maria dan berdoa bersama Bunda Maria agar kita menjadi orang yang rendah hati, beriman teguh dan taat pada kehendak Allah. Semoga berkat doa Bunda Maria, kita sanggup menunaikan tugas perutusan kita, yakni memimpin orang lain kepada Allah serta membantu orang lain untuk memahami arti dan maksud Firman Allah yang sebenarnya. Percayalah bahwa bersama Bunda Maria, kita menjadi orang-orang yang terberkati, bukan menjadi orang-orang yang “celaka”.
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen STKIP Weetebula, NTT)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Usaha skala kecil dan menengah
Kita berdoa untuk usaha skala kecil dan menengah, semoga, di tengah krisis ekonomi dan sosial, mereka dapat menemukan jalan untuk meneruskan usahanya dan melayani masyarakat.
Ujud Gereja Indonesia: Sarana penyaluran donasi yang terpercaya
Kita berdoa, semoga kelompok-kelompok masyarakat mampu membentuk sarana yang dapat dipercaya untuk menyalurkan kebaikan dan donasi dari mereka yang berkehendak baik kepada mereka yang membutuhkan.
Amin.