Renungan Harian Misioner
Kamis Biasa XXIV, 15 September 2022
P. SP Maria Berdukacita
dr Rybs Ibr. 5: 7-9; Mzm 31:2-3a,3b-4,5-6,15-16, 20; Yoh. 19:25-27 atau Luk. 2:33-35
Seorang sahabat meratapi duka, karena cintanya kepada anak dan cucunya diputus oleh wabah Corona-Covid. Tidak hanya berhari-hari, tetapi juga berminggu-minggu dan berbulan-bulan DUKAnya karena CINTA di hatinya terhimpit beban amat berat. Tidak sedikit ibu, yang berdukacita, ketika anak yang ditunggu-tunggunya telah lahir dan langsung luka parah dan meninggal. Duka dan cinta bergabung menjadi satu. Sangat berat.
Ibr. 5:7-9 meringkaskan dukacinta yang dialami Tuhan Yesus dalam ziarah hidupnya, ketika mau menyelamatkan manusia, atas pengutusan Allah Bapa. Yang lebih mempesona, adalah bahwa sepanjang hidup-Nya, Tuhan Yesus mengalami DUKACINTA itu, seraya sering kali mengetahui beberapa langkah sebelum sesuatu peristiwa duka menimpanya; apalagi, tidak jarang, dukacinta itu terjadi karena terjadi oleh orang-orang yang sering kali mendapat tanda-tanda kasih-Nya. Betapa sakitnya DUKACINTA seperti itu. Dalam kenangan sedemikianlah DUKACINTA menjadi tetes-tetes keringat darah di Kebun Zaitun, pada malam sesudah Tuhan Yesus memberikan “Tubuh dan Darah-Nya”,- apalagi, ketika dilihat, bahwa para murid tidur.
REFLEKSI KITA: Apakah kita sering merenungkan DUKACINTA Tuhan, yang sesekali juga disebabkan oleh kesalahan kita, yang “disebut tidak lagi HAMBA MELAINKAN SAHABAT” (Yoh. 15:15).
Kita tahu, bahwa Bunda Maria, sejak Peristiwa Kana, ikut serta dalam Ziarah Cinta itu berpadu dengan Duka. Kita dapat ikut merasakan, ketika di “Jalan Salib” DUKACINTA Ibu Maria, sejak Kanak-kanak Yesus, sampai dewasa-Nya, ikut disandangnya kembali; padahal saat itu, Ibu Maria sudah mengikuti, betapa Yesus sudah berbuat baik begitu banyak.
REFLEKSI KITA: seberapa banyak kita sudah menerima Kebaikan-Nya? Di Golgota, kita menyaksikan, bagaimana Tuhan Yesus menegaskan DUKACINTA mendalam, ketika Ia menyatakan kepada Bunda Maria dan Yohanes: “Itu Ibumu” dan “Itu anakmu”. Jangan lupa: itu di bawah salib. DUKACINTA MENDALAM. Itulah yang kita kenangkan dalam hari ini. Sementara ini, seberapa sering kita menghibur Bunda Maria? Dengan cara apa? Marilah berdoa: “Salam Maria …..”
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati
Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.
Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai
Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.
Amin