Renungan Harian Misioner
Selasa Biasa XXVI, 27 September 2022
P. S. Vinsensius A Paulo
Ayb. 3:1-3,11-17,20-23; Mzm. 88:2-3,4-5,6,7-8; Luk. 9:51-56; atau dr RUybs
Misi: Panggilan Kemuridan kita adalah panggilan untuk berusaha menemukan kemuliaan dan keselamatan yang disediakan Tuhan kepada setiap orang di balik berbagai tantang bahkan kemalangan yang dialami. Kualitas kemuridan kita terukur ketika kita mampu menemukan bahwa di luar pengetahuan kita, Allah telah meneguhkan kita dan menyediakan keselamatan bagi kita.
Sesama sahabat misioner yang terkasih dalam Kristus.
Sabda Tuhan hari ini merupakan gugatan serta sentilan keras pada kekokohan iman kita di tengah berbagai derita yang mengerumuni kita.
Pada bacaan pertama, berkisah tentang Ayub yang hadir sebagai sosok kontroversial, karena dia adalah pribadi yang sangat saleh dan setia pada Yahweh namun ditampar musibah yang tragis. Lebih dari itu, petaka yang tak terbandingkan itu terjadi melalui suatu kesepakatan antara Allah dengan iblis untuk menguji kesetiaan Ayub kepada Yahweh. Ayub sungguh diterjang badai kemalangan sehingga dia harus mengutuki seluruh sejarah hidupnya. Ayub tidak menyadari jika Tuhan sesungguhnya telah menyediakan kejayaan baru baginya. Ayub terus ngotot dalam perdebatan dengan tiga kawannya, dengan bertolak pada pertanyaan yang logis, ”Mengapa orang yang saleh dan benar dikepung penderitaan, dan dari manakah asal penderitan itu?”
Tidak terlalu jauh berbeda, jika dalam Injil pun, Lukas berkisah tentang Yesus Anak Allah, Mesias yang harus menderita, sekalipun Dia datang bukan untuk membinasakan melainkan untuk menyelamatkan. Yesus yang tidak bersalah pun disambut dengan berbagai ancaman, dan harus menderita bahkan wafat di kayu salib di kota suci Yerusalem. Yerusalem justru menjadi tujuan perjalanan Yesus untuk menanggung penderitaan, namun Yesus tahu bahwa di balik penderitaan dan wafat-Nya di kayu salib, Dia akan dibangkitkan dan mengalami kemuliaan.
Para sahabat misioner yang terkasih.
Kisah Yesus dan Ayub boleh dibilang sama, yakni mereka yang setia pada Allah, terlebih Yesus yang adalah Putra Allah pada masa kejayaan karya-Nya harus menderita sengsara dan wafat di kayu salib, sementara Ayub pada kejayaanya harus mengalami kemalangan nyaris binasa. Namun titik beda antara Ayub dan Yesus Tuhan adalah Ayub tidak melihat kejayaan yang disediakan Allah, di balik kemalangannya. Yesus justru mengetahui bahwa di penghujung penderitaan-Nya, Allah Bapa telah menyediakan kebangkitan dan kemuliaan bagi-Nya.
Para sahabat missioner yang terkasih.
Dalam sejarah hidup kita, tidak sedikit kisah derita yang menghiasi hidup kita. Dan tidak tersadari jika kita mengutuki hidup kita, merasa bersalah yang berkepanjangan. Kita merasa sebagai orang yang berjuang untuk setia pada Kristus namun pada saat yang sama, dihantam malapetaka dan kemalangan yang mengancam seluruh hidup. Bisa saja kita merasa beriman selama hidup kita, tidak berarti apa-apa.
Kita bisa saja melihat berbagai kesulitan sebagai ketidaksetiaan Tuhan pada kita. Kita lebih memilih mempersalahkan perjuangan kita dalam beriman, kita bisa saja mencemooh tanggung jawab dan tindakan iman kita selama ini.
Mari kita belajar dari Ayub, bukan mempersalahkan Tuhan, bukan menghakimi perjuangan kesetiaan kita pada Allah melainkan mengakui ketidakmengertian kita pada rencana Tuhan yang sungguh indah bagi kita di balik berbagai persoalan dan derita hidup kita.
Kita hendaknya membuka diri pada misteri keselamatan yang disediakan Tuhan bagi kita, dan meminta pertolongan dan bimbingan Roh Tuhan agar kita bisa menemukan bahwa di balik berbagai derita yang mengepung kita, Tuhan telah mempersiapkan mahkota kejayaan bagi kita. Amin.
(RP. Hiasintus Ikun, CMF – Dirdios KKI Keuskupan Palangkaraya)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati
Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.
Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai
Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.
Amin