Jadi Bahagia atau Celaka?

Renungan Harian Misioner
Kamis Biasa XXVI, 30 September 2022
P. S. Hieronimus

Ayb. 38:1,12-21; 39:36-38; Mzm. 139:1-3,7-8,9-10,13-14ab; Luk. 10:13-16; atau dr RUybs

Dalam bacaan Injil yang kita baca dan renungkan hari ini (Luk. 10:13-16), Yesus mengecam beberapa kota dengan membandingkan kota-kota kuno yang ada dalam perjanjian lama. Untuk bisa mengerti apa yang ingin disampaikan oleh Yesus kepada para pendengar-Nya, kita perlu mengetahui sejarah masing-masing kota itu. Bagi pendengar pada zaman Yesus hal ini tidak perlu dijelaskan karena mereka mengetahui konteks pembicaraan Yesus.

Yesus berkata: “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mukjizat-mukjizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung!” Kota Khorazim dan Betsaida adalah dua kota yang menjadi tempat karya Yesus dan di sana Ia membuat banyak mukjizat. Memang dalam keempat Injil tidak ditemukan kisah tentang kota Khorazim tapi menurut para ahli Kitab Suci, kalau Yesus menyebut kota itu pasti Ia pernah berkarya di sana. Sedangkan kota Betsaida, penginjil Markus dan Lukas secara eksplisit menyebutkan bahwa Yesus pernah berkarya di sana (Mrk. 8:22, Luk. 9:10). Mengapa Yesus mengecam kota-kota itu? Karena orang-orang di dua kota itu tidak dapat melihat kehadiran Yesus sebagai utusan Allah yang mewartakan Kerajaan Allah. Mereka melihat mukjizat-mukjizat yang dibuat Yesus tapi tidak bisa menangkap makna di balik mukjizat itu. Singkat kata, mereka tidak mau mendengarkan undangan Yesus untuk bertobat! Yesus membandingkan dua kota tersebut dengan kota Tirus dan Sidon, dua kota kuno yang dihancurkan karena mereka tidak mau mendengarkan seruan pertobatan yang diucapkan para nabi (lih. Yoel 3:4). Seandainya orang-orang Tirus dan Sidon pada zaman itu melihat apa yang dilakukan Yesus di Khorazim dan Betsaida niscaya mereka akan bertobat.

Berikutnya, kita mendengar kecaman Yesus yang ditujukan kepada kota Kapernaum: “Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati!” Kapernaum adalah “markas besar” Yesus. Artinya, Yesus sering mengajar di kota itu dan membuat banyak mukjizat. Menurut logika kota itu mestinya mendapat pujian banyak orang (“dinaikkan sampai ke langit”). Tapi itu tidak terjadi karena orang-orang Kapernaum juga tidak bisa melihat Yesus sebagai Mesias – utusan Allah.

Pesan apa yang bisa kita tangkap dari perikop ini? Di depan Yesus – Mesias – Utusan Allah yang menyerukan pertobatan, kita mesti memberikan tanggapan secara jelas. Menerima sabda itu dan menjalankannya atau menolaknya. Berbahagialah yang menerima Yesus dan sabda-Nya dengan sungguh-sungguh! Menjadi Katolik-Kristen tidak cukup hanya dibaptis dengan air dan mendapat surat baptis. Kalau kita percaya kepada Kristus, dari hari ke hari kita mesti melakukan pertobatan seperti yang Yesus minta kepada kita, “Jadilah sempurna seperti Bapamu di sorga sempurna adanya” (Mat. 5:40). Dengan demikian kita tidak akan mendapatkan kecaman seperti orang-orang di Khorazim, Betsaida dan Kapernaum melainkan akan mendapatkan pujian, “Berbahagialah kamu karena kamu telah mendengarkan sabda-Ku dan menjalankannya!”

(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati

Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.

Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai

Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s