Renungan Harian Misioner
Selasa Biasa XXXII, 08 November 2022
P. S. Klaudius dkk
Tit. 2:1-8,11-14; Mzm. 37:3-4,18,23,27,29; Luk. 17:7-10
Rasul Paulus menulis surat kepada Titus, memintanya untuk memberitakan bagaimana cara hidup sesuai dengan ajaran yang sehat menurut usia. Mereka yang telah lanjut usia selayaknya bersikap bijaksana, hidup dalam kesederhanaan, serta memiliki iman dan kasih. Digambarkan oleh Rasul Paulus demikian karena dalam usia yang telah lanjut, seseorang pastilah telah memiliki banyak pengalaman hidup. Pengalaman hidup akan menghantar manusia pada kebijaksanaan. Manusia belajar dari kesalahan yang dilakukannya, lalu menjadi mengerti dan mampu menemukan arah hidup yang benar dan baik. Semakin besar usia, semakin dalam dan luas iman serta kasih yang dimiliki. Karena itu dikatakan yang tua hendaknya menjadi teladan dan contoh bagi mereka yang muda.
Rasul Paulus menekankan bahwa kehidupan di dunia ini adalah saat penantian akan penggenapan pengharapan kita akan kebahagiaan. Sekaligus juga hidup kita merupakan pernyataan kemuliaan Allah. Jadi hidup bukan untuk sekadar dijalani tanpa makna. Atau disia-siakan dengan hanya berfokus pada keinginan-keinginan duniawi.
Penginjil Lukas pun menuliskan pesan yang serupa dengan Rasul Paulus, hanya dibungkus dalam perumpamaan mengenai “hamba”. Jika Paulus menekankan buah dari usia atau banyaknya waktu yang telah diberikan Tuhan untuk kita belajar dan berproses, Lukas mengingatkan kita akan kodrat – jati diri kita sebagai hamba-hamba Tuhan. Apakah kita selalu ingat akan hal itu? Ataukah sebenarnya pengakuan kita yang sering kita ucapkan dalam doa-doa kita, “Aku ini adalah hamba Tuhan” hanya sekadar lip-service saja? Sementara di dalam benak kita ingin bisa menjadi penguasa atas diri dan hidup kita sendiri. Ah, toh hidup hanya sementara, buat apa susah-susah? Selagi waktu masih ada, kita harusnya bersenang-senang!
Yesus memakai kata “hamba” bukan ingin merendahkan atau mengecilkan manusia. Mentalitas hamba memang wajib dimiliki setiap murid Yesus. Bukan untuk merampas kepercayaan dan kehormatan diri, sebaliknya agar murid Yesus tahu menempatkan diri secara benar. Hamba yang “sadar diri” akan melakukan tugas serta tanggung jawabnya selama berada di dunia. Tugas hamba melayani tuannya. Tugas hamba Tuhan adalah melayani Tuhan. Dan pelayanan yang diminta oleh Tuhan Yesus adalah pelayanan yang dilakukan dengan semangat rela hati, tanpa menuntut pujian, pengakuan atau imbalan. Yesus menegaskan, “Apabila kalian telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kalian berkata, ‘Kami adalah hamba-hamba tak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan’” (Luk. 17:10).
Jalani hidup sesuai dengan ajaran Tuhan sebagai pernyataan kemuliaan Allah. Dan jangan tuntut upah atau balasan di dunia ini, karena hidup saat ini hanyalah saat penantian akan penggenapan pengharapan kita akan kebahagiaan (kelak nanti).
(Angel – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Anak-anak yang menderita
Kita berdoa untuk anak-anak yang menderita, terutama tuna wisma, yatim piatu, dan korban perang; semoga mereka mendapat jaminan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan merasakan kehangatan kekeluargaan.
Ujud Gereja Indonesia: Mengenang mereka yang meninggal karena Covid-19
Kita berdoa untuk mereka yang meninggal karena Covid 19, semoga Tuhan menganugerahkan belas kasih-Nya pada mereka, dan arwah mereka beristirahat dalam ketentraman kekal.
Amin