ALLAH RAJA yang Kekal

Renungan Harian Misioner
Rabu Biasa XXXIV, 26 November 2022
P.S. Klemens I, S. Kolumbanus

Why. 15:1-4; Mzm. 98:1,2-3ab,7-8,9; Luk. 21:12-19

Sabtu ini merupakan hari terakhir pada tahun liturgi C/II. Hari Minggu besok kita akan memasuki lembaran baru tahun liturgi A1. Penanggalan liturgi Gereja Katolik tidak dimulai dari 1 januari, tetapi berawal dari Adven Minggu pertama. Di hari terakhir tahun C/II kita menyimak bacaan yang indah.

Bacaan pertama menggambarkan Allah sebagai Raja yang kekal. Demikian tema permenungan selama seminggu ini yang dimulai dari hari Minggu sebagai Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Bagi yang terbiasa mendoakan Ibadat Penutup (Completorium) pasti memiliki imajinasi yang indah dari bacaan ini, “Para hamba Allah akan memandang wajah Allah, dan nama Allah tertera pada dahi mereka. Malam takkan ada lagi, cahaya lampu atau sinar matahari takkan mereka perlukan lagi. Sebab Tuhan Allah menerangi mereka, dan mereka akan meraja selama-lamanya” (Why. 22:4-5).

Ini adalah bacaan singkat untuk ibadat penutup pada Minggu malam. Dalam pengalaman saya, setelah melewati segala penat menjalani acara yang biasanya sangat padat pada hari Sabtu-Minggu, bahkan menjalani hari-hari selama seminggu, lantas menutup hari Minggu dengan meletakkan hidupku pada Allah Raja yang Kekal. Di tempat itu tak ada lagi segala beban berat kerja di bawah terik matahari, dan tidak ada lagi kegelisahan malam. Satu yang ada adalah hati yang damai dan tentram karena tinggal bersama Allah Sumber segala bahagia dan sukacita.

Adalah suatu yang tak terhindarkan bahwa hidup manusia dipenuhi situasi batin yang membawa pada aneka kegelisahan. Ada begitu banyak pergumulan yang dialami manusia di bawah matahari. Baik itu dalam bekerja dan dalam menjalankan usaha. Dalam menghidupi kesetiaan hidup berkeluarga. Ataupun dalam memikul beban hidup yang makin menghimpit oleh situasi yang menekan, dstnya. Menghadapi semua itu, tidak sedikit orang yang lantas melarikan diri dari situasi batin itu untuk mencari kedamaian fana dengan memenuhi gairah hidup melalui pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi. Melalui Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita agar kita selalu mengarahkan hati kepada Allah, Raja yang Kekal, tempat pelabuhan jiwa kita melalui doa-doa. Hanya dengan cara demikian, keselamatan akan dianugerahkan kepada kita.

Paus Fransiskus dalam Gaudete et Exultate, dengan mengutip kata-kata Beato Paulus VI menyebutkan bahwa di antara beberapa hambatan jalan menuju kekudusan, adalah kurangnya parrhesía: hilangnya gairah, sebagai suatu yang sangat serius sebab itu muncul dari dalam diri. Betapa sering kita merasa ditarik untuk berhenti di pantai yang nyaman! Pantai yang nyaman itu bisa terjadi adalah kebiasaan buruk seperti yang ditunjuk oleh Yesus yakni kebiasaan pesta pora dan kemabukan, serta kepentingan-kepentingan duniawi yang bisa terjadi aneka alasan untuk enggan melangkahkan kaki menuju kekudusan (artikel no. 133, dst).

Hilangnya gairah hidup rohani dan terlalu asyik dengan pesta pora dunia, itu seperti yang dialami oleh Nabi Yunus yang tergoda diam lari ke tempat aman lari dari tugas suci untuk melaksanakan perutusan Tuhan. Hal yang sama dialami oleh para rasul saat mengalami godaan dilumpuhkan oleh ketakutan dan bahaya, mereka mulai berdoa bersama memohon parrhesia (Kis. 4:29).Itulah sebagai salah satu jalan menuju kekudusan yang akan mengantar kita bersama pada Raja yang kekal. 

Salam sehat berlimpah berkat.

(Walterus Teguh Santosa, SJ – Pastor Paroki Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Tangerang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Anak-anak yang menderita

Kita berdoa untuk anak-anak yang menderita, terutama tuna wisma, yatim piatu, dan korban perang; semoga mereka mendapat jaminan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan merasakan kehangatan kekeluargaan.

Ujud Gereja Indonesia: Mengenang mereka yang meninggal karena Covid-19

Kita berdoa untuk mereka yang meninggal karena Covid 19, semoga Tuhan menganugerahkan belas kasih-Nya pada mereka, dan arwah mereka beristirahat dalam ketentraman kekal.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s