Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan Adven III, 16 Desember 2022
P. S. Sturmius
Yes. 56:1-3a,6-8; Mzm. 67:2-3,5,7-8; Yoh. 5:33-36
Saudara-saudariku yang terkasih, bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk kembali menyakini Yesus yang diutus oleh Bapa, yang mengerjakan segala pekerjaan Bapa. Hal ini menjadi masalah di kalangan orang Yahudi khususnya para pemuka agama Yahudi karena pernyataan Yesus kerap kali menimbulkan pertentangan. Penyataan Yesus yang selalu mengungkapkan hubungan mesra-Nya dengan Bapa tentu sulit diterima oleh mereka yang hanya mengenal Yesus dari segi lahiriahnya saja: seorang dari Nasaret, anak Maria dan Yusuf si tukang kayu. Pada peristiwa Yesus menguji orang-orang yang berjualan di Bait Allah, Yesus berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan” (Yoh. 2:16). Atas tindakan Yesus ini, sehari setelah Ia mengusir pedagang di Bait Allah, imam-imam kepala serta pemuka-pemuka bangsa Yahudi bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” (Mat. 21:23).
Tindakan serta perkataan Yesus di mata kelompok yang membencinya terlihat sebagai bentuk penghujatan kepada Allah. Itulah sebabnya, mereka berusaha untuk menjatuhkan hukuman mati kepada orang yang dianggapnya menghujat Allah. Sebenarnya Yesus bisa saja lolos dari jerat mereka ketika dapat menghadirkan 2-3 orang saksi sebagai tolak ukur dari hukum Taurat untuk menjatuhkan vonis bersalah atau tidak (Ul. 17:6). Dari perikop Injil hari ini sesungguhnya Yesus sudah menampilkan 3 saksi yang dapat menguatkan segala tindakan dan penyataan-Nya.
Saksi pertama adalah Yohanes. Yohanes dan kesaksiannya ibarat pelita bernyala dan bercahaya yang dinikmati oleh orang-orang namun tidak bertahan lama. Mereka hanya percaya sebentar saja, pada akhirnya tetap menolak kesaksian Yohanes tentang Yesus. Meskipun Yesus menegaskan bahwa Ia tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun maksud Yesus bahwa kesaksian tentang kebenaran akan siapa diri-Nya berguna untuk keselamatan mereka.
Saksi kedua yang tidak kalah hebatnya adalah karya dan perbuatan-Nya yang ajaib: “orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat. 11:5). Apa yang dilakukan Yesus tentu dengan sendirinya menampilkan keilahian Yesus sendiri. Bagaimana mungkin manusia dapat melakukan hal-hal yang ajaib itu. Yesus menegaskan, “Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku” (Yoh. 5:36). Namun, mata mereka tetap buta, hati mereka tertutup untuk mengakui karya Allah dalam diri Yesus dan tetap menolak kesaksian ini.
Jika kita membaca keseluruhan dari perikop ini, kita akan menemukan bahwa Saksi ketiga adalah Bapa sendiri. Yesus berkata, “Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat” (Yoh. 5:37). Apakah masih belum cukup? Di mata kelompok yang membenci Yesus, semua kesaksian di atas tetap mereka tolak. Bahkan nubuat-nubuat tentang Yesus dalam Kitab Suci yang mereka cari dan pelajari pun ditolak mereka. Maka di sini kita dapat menyimpulkan bukan karena kurangnya kesaksian tentang Yesus menyebabkan orang-orang tidak percaya kepada-Nya, tetapi karena ketegaran hati manusia.
Saudara-saudariku yang terkasih, zaman sekarang juga memiliki tantangan yang sama. Jika dulu Yesus dirongrong dengan hujatan, kebencian bahkan dengan hasutan, kini tidak jauh berbeda dengan kita pengikut-Nya zaman sekarang ini. Kita yang percaya kepada-nya dapat jadi juga menerima hujatan, hinaan bahkan tidak sedikit pengikut Kristus yang harus mati karena imannya akan Yesus. Jika dulu, Yesus memberi kesaksian dengan menampilkan karya-karya dan pekerjaan Bapa kepada mereka yang menghujat-Nya, kita pun sebagai pengikut-Nya tidak perlu melawan, tetapi memberi kesaksian yang nyata untuk bertindak, berbicara dan hidup seperti yang Yesus lakukan. Kita berharap, melalui diri kita, kesaksian dan perbuatan kita, orang-orang lebih mengenal siapa Yesus yang kita imani.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Sukarelawan dari organisasi yang tidak mencari keuntungan
Kita berdoa semoga organisasi-organisasi yang tidak mencari keuntungan yang berkomitmen pada perkembangan kemanusiaan dapat menemukan orang-orang yang berdedikasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan tidak mengenal lelah mencari jalan untuk menjalin kerja sama internasional.
Ujud Gereja Indonesia: Memupuk sikap moderat
Kita berdoa, semoga Gereja membangun dan memupuk sikap moderat dan toleran bagi umatnya sendiri, sambil terus waspada terhadap bahaya fundamentalisme dan radikalisme baik yang ada di luar maupun di dalam Gereja sendiri.
Amin