Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Adven III, 17 Desember 2022
Lazarus
Kej. 49:2,8-10; Mzm. 72:1-2,3-4ab,7-8,17; Mat. 1:1-17
Para Pembaca RenHar KKI yang terkasih: Shalom!
Memasuki Pekan Terakhir Masa Adven Tahun Liturgi A/I ini, kita membacakan Injil Matius 1:1-17, di mana ditampilkan genealogi atau silsilah Tuhan kita Yesus Kristus dalam tiga tahapan: pertama dari Abraham sampai Daud, dilanjutkan tahap kedua dari Daud sampai ke pembuangan Babel, dan tahap ketiga setelah pembuangan Babel sampai dengan Yesus Kristus. Inilah “jalan” yang dilalui oleh Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah, untuk mengenakan dalam diri-Nya “kehidupan manusiawi” karena tugas khusus-Nya sebagai “Imanuel”, Allah beserta kita (Yesaya 7:14; Matius 1:23). Selanjutnya, inkarnasi Sang Imanuel ini, melewati jalur historis-genealogis dan berlangsung secara synodal (sin + hodos = berjalan bersama!).
Jalur historis-genealogis Inkarnasi
Jalur historis-genealogis dari inkarnasi Sang Imanuel ini terlihat dari Silsilah Tuhan kita Yesus Kristus yang ditampilkan dalam 3 tahap dengan 14 generasi pada setiap tahapnya. Semua tokoh yang disebutkan dalam daftar silsilah Tuhan kita Yesus ini adalah tokoh-tokoh sejarah yang nyata dan pernah hidup, bukan tokoh khayalan!
Masing-masing tahap ini, menurut ekseget William Barclay, mengungkap tiga tahap yang ada di dalam kehidupan rohani manusia, yang dalam hal ini adalah umat Allah.
Empat belas generasi dalam tahap pertama mencapai puncaknya kepada kebesaran Israel dengan Daud sebagai rajanya. Tahap ini mengingatkan kita, bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi besar dan hidup mulia dalam persekutuan hidup dengan Allah atau hidup sesuai dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah (bdk. Kejadian 1:26-27).
Empat belas generasi dalam tahap kedua menunjukkan sesuatu yang mendukakan hati Allah, karena manusia kehilangan kemuliaan-nya. Sebagai ganti menjadi abdi Allah, manusia menyerahkan dirinya dan menjadi budak dosa! Manusia menggunakan kehendak bebasnya untuk melawan Allah, bukannya untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah dan hidup sebagai sahabat-Nya.
Melalui empat belas generasi dalam tahap ketiga, kita menyaksikan bahwa manusia, oleh karena kasih-setia Tuhan, dapat memperoleh kembali kebesaran dan kemuliaannya. Ke dalam dunia yang sudah dikuasai oleh dosa manusia itu, Allah mengutus Putra-Nya, untuk menyelamatkan mereka dari jerat dosa dan memulihkan kembali persekutuan hidup antara manusia dengan Tuhan Allahnya.
Demikian, dalam ketiga tahap Inkarnasi ini, manusia mencapai kemuliaan hidup sebagai raja, kemudian kehilangan kemuliaan dan persekutuannya dengan Allah karena dosa, dan bagaimana Allah melalui Yesus Kristus Putra-Nya, memulihkan kembali persekutuan hidup manusia dengan Allah yang dirusak oleh dosa tersebut.
Sinodalitas Allah dengan Manusia
Dari ketiga tahap historis-genealogis tersebut, aspek sinodalitas atau “berjalan bersama” sangat jelas dari pihak Allah.
Pada empat-belas generasi tahap pertama, sungguh terjadi sinodalitas antara Allah dengan manusia itu mengantarkan manusia kepada kebesaran dan kemuliaan hidup sebagai anak-anak raja dengan Tuhan Allah sebagai raja mereka (1 Samuel 8:1-22; Mazmur 10:16; 47: 2; 93:1; 95:3 dll.,).
Sinodalitas antara Allah dengan manusia ini, mulai rontok ketika manusia jatuh ke dalam dosa, dan kemudian menolak Allah sebagai Raja mereka, dan karena itu mereka harus mengalami pembuangan ke Babel. Pada tahap ini, dari pihak Allah, Dia selalu “Imanuel” namun umat-Nya justru meninggalkan-Nya. Dan terjadilah, bahwa ketika manusia meninggalkan Allah, maka sinodalitas antara manusia dengan Allah itu tidak terjadi. Inilah puncak dari genealogi tahap kedua: sinodalitas antara dan manusia dengan Allah terganggu oleh dosa manusia, sehinga tugas-perutusan Yesus Kristus sebagai Imanuel itu harus ditempuh dengan cara lain, yang nanti muncul pada tahap ketiga.
Inkarnasi Putra Allah – cara Allah memulihkan sinodalitas-Nya dengan manusia.
Oleh karena menusia menolak untuk berjalan bersama Allah dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya, pada tahap kedua dalam genealogi Yesus, tahap yang kemudian terulang kembali setiap kali manusia menolak untuk hidup sesuai dengan perintah dan hukum-hukum Tuhan (!), Allah mengambil langkah pemulihan, yang berpuncak pada tahap ketiga, dengan lahirnya Tuhan kita Yesus Kristus, Putra Allah yang menjadi manusia. Kelahiran Yesus ini, kembali menegaskan bahwa dari pihak Allah, tidak pernah Allah menolak umat-Nya, bahkan ketika umat itu berdosa dan menjauhkan diri dari pada-Nya, Allah mengutus Putra-Nya sendiri, yang lahir dari keluarga dan keturunan Daud (Matius 1:17).
Ketiga tahap genealogis Tuhan kita Yesus Kristus ini, menjadi refleksi bagi hubungan kita dengan Allah. Seperti pada empat belas generasi tahap pertama, ketika kita hidup sesuai dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah, kita akan memperoleh hidup di dalam kemuliaan di dalam dan bersama Allah. Sebaliknya, ketika kita menolak untuk hidup sesuai dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah, seperti yang dialami keempat belas generasi dalam tahap kedua genealogi Yesus Kristus ini, kitapun akan kehilangan kemuliaan yang disediakan Allah. Karena itu, ketika menyadari bahwa kita telah jatuh ke dalam situasi hidup melawan Allah ini, mari segera kita buka hati untuk kembali kepada Allah, dengan memberikan kesempatan kepada Yesus Kristus, Putra-Nya, untuk berjalan bersama kita sebagai Sang Imanuel itu. Amin!
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Sukarelawan dari organisasi yang tidak mencari keuntungan
Kita berdoa semoga organisasi-organisasi yang tidak mencari keuntungan yang berkomitmen pada perkembangan kemanusiaan dapat menemukan orang-orang yang berdedikasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan tidak mengenal lelah mencari jalan untuk menjalin kerja sama internasional.
Ujud Gereja Indonesia: Memupuk sikap moderat
Kita berdoa, semoga Gereja membangun dan memupuk sikap moderat dan toleran bagi umatnya sendiri, sambil terus waspada terhadap bahaya fundamentalisme dan radikalisme baik yang ada di luar maupun di dalam Gereja sendiri.
Amin