Renungan Harian Misioner
Rabu, 04 Januari 2023
P. B. Elisabeth Bayley Anna Seton
1Yoh. 3:7-10; Mzm. 98:1,7-8,9; Yoh. 1:35-42
Kisah dalam Injil hari ini merupakan kisah peralihan pelayanan Yohanes Pembaptis ke pelayanan Yesus Kristus. Beberapa murid Yohanes mulai menggabungkan diri kepada Yesus. Kisah panggilan dalam Injil Yohanes ini memang diceritakan berbeda dengan kisah panggilan murid Yesus yang ada pada Injil Sinoptik. Yang menonjol terutama adalah dalam panggilan pada Injil Sinoptik, Yesus yang berperan aktif memanggil para murid. Sedangkan dalam Injil Yohanes, lebih terlihat keterlibatan Yohanes Pembaptis dan murid-muridnya dalam mengambil inisiatif.
Jelas sekali keinginan Yohanes adalah mengarahkan dan menuntun orang kepada Tuhan Yesus. Ketika Yohanes dan dua orang muridnya berdiri di seberang sungai Yordan, tempat di mana sehari-harinya Yohanes membaptis, ia melihat Yesus lewat. Segera ditunjukkan-Nya kepada kedua muridnya. Ia bersaksi bahwa itulah Mesias yang mereka nantikan. Sejak muncul pertanyaan apakah dirinya Mesias atau bukan, Yohanes terus-menerus memberi kesaksian akan datangnya Pribadi yang jauh lebih besar daripada dirinya. Yohanes hanya ingin memuliakan Kristus. Inilah ciri-ciri orang yang menyatakan dirinya hamba Tuhan. Ia bersaksi tentang Kristus dan kepentingan-Nya, bukan hanya ketika berdiri di atas mimbar dan berkhotbah saja, tetapi di setiap kesempatan dalam kehidupan pribadinya. Ajaran yang disampaikannya dalam komunitas pribadi/keluarga sama dengan ajaran yang disampaikannya di muka umum. Dan ia mengarahkan orang untuk menjadi murid Kristus, bukan murid pribadinya.
Panggilan murid yang pertama ini oleh Yohanes diceritakan dengan memperkenalkan Yesus sebagai Anak Domba Allah. Ini istilah yang berkaitan dengan sebuah kurban. Erat pengertiannya bahwa panggilan sebagai murid Yesus, bukanlah menjadi pengikut seorang pemimpin besar yang terkenal dan terkemuka. Tetapi inilah langkah pemuridan yang pertama: menyadari bahwa mengikuti Yesus berarti mengikuti Pribadi yang tujuan hidup-Nya adalah berkorban, siap menderita bahkan sampai mati. Maka, salah satu syarat utama menjadi murid-Nya adalah kerelaan untuk menderita, walaupun selalu ada sukacita di dalamnya.
Kedua murid yang segera mengikuti Yesus setelah mendengar kesaksian Yohanes, ialah Andreas dan Yohanes sendiri (yang tidak pernah memperkenalkan dirinya dalam Injilnya sendiri). Tindakan mereka mengikuti Yesus, berlanjut dengan dialog pertanyaan, “Di manakah Engkau tinggal?” menunjukkan adanya ketertarikan rohani lebih dalam. Tempat tinggal-Nya, harusnya bukan sesuatu yang menarik bagi mereka, tetapi apakah mereka dapat tinggal dan bersekutu dengan-Nya, merupakan hal yang dinantikan. Mereka mengenali-Nya sebagai seorang Rabi atau Guru yang baik dan benar. Maka, mereka tentunya sadar bahwa mereka harus belajar dari Yesus dengan menyaksikan seluruh kehidupan-Nya. Inilah proses pemuridan berikutnya, di mana pengetahuan tentang iman menjadi sangat berarti ketika didampingi dengan keteladanan yang nyata. Artinya, setiap orang harus tekun membangun relasi dengan Yesus, melihat dan mendengarkan-Nya, serta mengalami keterlibatan-Nya di dalam hidup keseharian mereka. Sehingga selanjutnya mereka juga dapat menuntun orang lain kepada Kristus.
Buah yang didapat dari persekutuan dengan Yesus itu tampak dalam diri Andreas. Saat bertemu dengan Sang Mesias, ia mengalami sukacita dan tidak tertahankan. Ia segera menyampaikan kabar sukacita itu kepada saudaranya, Simon Petrus, yang kemudian menjadi seorang rasul besar. Bisa kita bayangkan jika setiap orang yang percaya dan mengalami sukacita keselamatan-Nya segera memberitakan Yesus kepada sesamanya. Mungkin akan banyak orang yang tadinya enggan berelasi dengan Yesus akan berubah. Mereka akan datang lagi ke Gereja dan berkumpul kembali dalam komunitas. Lalu ikut menceritakan apa yang telah Allah lakukan bagi mereka, kepada teman atau kerabat mereka yang lainnya. Inilah dampak terbesar dalam kehidupan seseorang yang mengalami kehadiran-Nya!
Pemuridan yang berhasil harus melatih orang memuridkan orang lain, bukan menjadikannya pengikut pasif. Percaya kepada Kristus seharusnya menghasilkan kesaksian-kesaksian tentang Yesus dalam hidup seseorang. Juga menimbulkan kerinduan untuk menceritakannya kembali kepada sesama. Kita bisa belajar bagaimana meneruskan kesaksian itu seperti Andreas: proaktif, lebih dulu menemui orang dan dengan rendah hati menempatkan diri sejajar dengan mereka (ia berkata kepada Petrus: “Kami telah menemukan Mesias,” bukan “Aku telah…”). Dengan demikian mereka akan merasa terpanggil oleh belas kasihan Tuhan, dan mau berjumpa dan mengalami sapaan pribadi Allah sendiri.
Sudahkah kita menjadi murid Yesus yang mengajak orang lain menjadi murid-Nya? (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal:Para pendidik – Kita berdoa untuk para pendidik, semoga mereka menjadi saksi yang dapat dipercaya, mengajarkan persaudaraan daripada kompetisi dan membantu mereka yang paling muda dan rentan.
Ujud Gereja Indonesia:Optimisme dan harapan – Kita berdoa, semoga tahun baru menjadi saat rahmat, yang mendorong kita untuk optimis, percaya dan berharap, bahwa Roh Tuhan akan menuntun dan membuka mata kita untuk bisa melihat kesempatan, peluang dan jalan keluar dalam pelbagai kesulitan, masalah dan tantangan yang harus kita hadapi.
Amin