Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan Biasa II, 20 Januari 2023
P. S. Fabianus, S. Sebastianus
Ibr. 8: 6-13; Mzm. 85:8,10,11-12,13-14; Mrk. 3:13-19
Bacaan Injil yang kita renungkan hari ini berbicara tentang panggilan para murid Yesus. Ada beberapa hal menarik yang perlu kita perhatikan yang masing-masing mempunyai pesan untuk kita hidupi. Pertama, sebelum Yesus menetapkan para murid-Nya, Ia pergi ke atas bukit untuk berdoa. Pilihan Yesus atas para murid itu bukan asal-asalan tapi buah dari doa yang merupakan komunikasi mendalam dengan Bapa-Nya. Gereja meyakini sampai saat ini bahwa panggilan menjadi murid-murid Yesus adalah berasal dari Yesus sendiri. Keyakinan ini diperteguh oleh sabda Yesus, “Bukan kamu yang memilih Aku melainkan Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Kalau ada orang merasa terpanggil untuk menjadi murid Yesus, orang ini harus mendapatkan konfirmasi dari Gereja bahwa memang ia dipanggil oleh Yesus. Orang tidak bisa mengklaim dirinya sendiri tanpa konfirmasi dari Gereja.
Kedua, tugas utama para murid yang dipilih itu pertama-tama adalah untuk menyertai Dia untuk diutus-Nya memberitakan Injil. Artinya, sebelum melakukan karya kerasulan para murid Yesus dipanggil untuk tinggal bersama Yesus dalam suka dan duka, mengikuti Dia ke mana pun Ia pergi dan siap diutus untuk memberitakan Injil. Hal ini harus benar-benar disadari oleh para murid Yesus zaman ini. Ada godaan besar bagi para murid untuk bekerja dan bekerja dengan ide-idenya sendiri tanpa memberi waktu untuk “tinggal bersama Yesus” dalam doa hening. Memberikan waktu untuk tinggal bersama Yesus – dalam doa adalah syarat mutlak untuk menjadi murid Yesus yang baik. Karena dalam doa hening itulah para murid Yesus akan menangkap apa yang diminta Yesus untuk dikerjakan. Jadi murid ini bertindak dan melangkah atas inspirasi dari Tuhan Yesus sendiri dan bukan semata-mata dari ide-idenya sendiri.
Ketiga, para murid yang dipilih itu menerima dari Yesus kuasa mengusir setan. Untuk bisa mengusir setan, para murid tidak melakukannya dengan kekuatannya sendiri. Ia perlu menerima kuasa (kekuatan) dari Tuhan Yesus. Di sini sekali lagi memberi penekanan bahwa seorang utusan itu tergantung sepenuhnya dari yang mengutus. Tanpa menerima kuasa dari Yesus, para murid tidak bisa berbuat apa-apa (termasuk mengusir setan). Maka para murid Yesus zaman ini harus tetap rendah hati. Kalau ia/mereka bisa melakukan hal-hal besar itu karena ia/mereka menerima kuasa dari Yesus yang mengutusnya. Tanpa Dia para murid yang diutus ini tidak bisa berbuat apa-apa. Di balik pesan ini sekali lagi ada pesan untuk tetap melekat erat dengan Yesus yang mengutusnya.
(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal:Para pendidik – Kita berdoa untuk para pendidik, semoga mereka menjadi saksi yang dapat dipercaya, mengajarkan persaudaraan daripada kompetisi dan membantu mereka yang paling muda dan rentan.
Ujud Gereja Indonesia:Optimisme dan harapan – Kita berdoa, semoga tahun baru menjadi saat rahmat, yang mendorong kita untuk optimis, percaya dan berharap, bahwa Roh Tuhan akan menuntun dan membuka mata kita untuk bisa melihat kesempatan, peluang dan jalan keluar dalam pelbagai kesulitan, masalah dan tantangan yang harus kita hadapi.
Amin