Menanggapi Firman Dengan Benar

Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Prapaskah I, 01 Maret 2023
P. S. Felix III (II)

Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32

Kisah dalam Injil Lukas hari ini adalah bagian dari ajaran Yesus pada tahun terakhir pelayanan-Nya, dan terjadi dalam perjalanan menuju Yerusalem. Teguran Yesus kepada angkatan yang dimaksud, berlaku bagi generasi kita saat ini juga, setidaknya untuk sebagian dari kita yang masih meragukan maksud Allah dengan mengutus Yesus ke tengah-tengah kehidupan kita.

Banyak orang berdalih, hanya jika di dalam hidupnya mereka mengalami sendiri mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, maka mereka mau percaya kepada-Nya. Namun Yesus berkata, bahwa untuk mengerti dan sungguh-sungguh beriman kepada-Nya, Dia tidak perlu lagi melakukan mukjizat-mukjizat seperti yang diharapkan orang-orang. Sudah cukup banyak tanda yang terjadi pada kisah Yunus dan orang Niniwe, dan demikian pula terjadi pada kisah Yesus. Anak Manusia akan menjadi tanda bagi kita semua. Tanda yang dimaksud itu adalah pengalaman Yunus yang berada di dalam perut ikan selama 3 hari, dan setelah itu ia kembali ke Niniwe untuk mewartakan pertobatan sehingga keselamatan bagi penduduk Niniwe terjadi. Tanda ini menubuatkan peristiwa Kebangkitan Kristus dari kematian, dan merupakan bukti yang sama dengan Yunus, yaitu mewartakan pertobatan, agar terjadi keselamatan bagi mereka yang percaya kepada-Nya.

Tetapi tidak hanya tanda tentang kebangkitan itu saja yang sebenarnya dimaksud oleh Yesus. Apa yang diucapkan-Nya sebelum penggalan kisah ini, bahwa “yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya,” itulah yang ingin diajarkan-Nya kepada kita. Bagaimana seharusnya tanggapan kita terhadap Firman Tuhan dan karya Allah? Setiap orang yang mendengar Firman-Nya, lalu menanggapi dengan ketaatan, akan mengalami kebahagiaan dalam relasinya dengan Yesus. Kebahagiaan itu diperoleh karena ia menyerahkan kehidupannya ke dalam penyelenggaraan Ilahi yang penuh berkat dan pengampunan. Seperti orang-orang Niniwe ketika mendengar firman yang disampaikan oleh Yunus. Mereka menanggapi dengan percaya dan segera bertobat tanpa meminta tanda lagi. Pertobatan mereka ini berkenan kepada Allah, yang kemudian berbalik menyesal serta mengampuni mereka. Kalau kita masih menuntut adanya tanda, ini menunjukkan ketidakpercayaan kita, dan bagi Yesus ini adalah sebuah kejahatan (ay. 29). Jadi, jika orang Niniwe dapat percaya pada pemberitaan Yunus, bahkan ratu dari Selatan pun mencari hikmat dari Salomo, mengapa masih ada orang yang tidak percaya kepada Yesus, Nabi yang lebih besar daripada Yunus dan Sang Hikmat yang melebihi hikmat Salomo?!

Mereka yang tidak percaya adalah mereka yang belum melihat terang Kristus. Kita harus meminta kepada Allah agar kita diberi Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Yesus dengan benar (bdk. Ef. 1:17). Sehingga dengan beriman kepada-Nya, kita dapat meminta agar kita dapat melihat tanda-tanda yang sudah dibuat-Nya dalam kehidupan kita. Terlebih lagi, dengan terang-Nya, kita mampu melihat dosa-dosa kita dan mohon pengampunan-Nya. Jika kita taat dan meanggapi Firman-Nya dengan benar, maka pada hari penghakiman Allah akan mengaruniai kita kebahagiaan kekal dan menjauhkan kita dari penghukuman kekal. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal:Para korban pelecehan – Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja, semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas kesakitan dan penderitaannya.

Ujud Gereja Indonesia: Menggereja dengan perjumpaan – Kita berdoa, semoga warga gereja bangkit untuk hadir dan aktif secara fisik dalam ibadat-ibadat gerejani dan perayaan Ekaristi, sehingga hidup menggereja dapat dihayati sebagai perjumpaan, kehadiran, dan persaudaraan sosial yang nyata.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s