Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan Prapaskah I, 03 Maret 2023
P. S. Marinus
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26
Selama Masa Mempersiapkan Diri memperingati dan memuliakan Korban Diri Sang Kristus, sehingga diagungkan Bapa, kita diundang, untuk menyadari, bahwa kita ada dalam persekutuan Keluarga Allah. Yehezkiel 18:21-28 memadukan pertobatan umat dari dosa untuk kembali kepada Allah. Sebab lakutapa dan matiraga, yang kita lakukan dalam masa ini bukanlah pertama-tama merupakan rentetan tindakan tangan dan kaki belaka, melainkan pertama-tama pengarahan hati kepada Tuhan Allah, yang sejak awal Kitab Kejadian senantiasa mau memeluk kita, kendati segala dosa dan penyelewengan yang dilakukan oleh manusia.
Refleksi kita: Marilah kita memohon agar matiraga kita berisi bakti kepada Allah. Bahkan, kalaulah kita mampu melakukan beberapa perbuatan baik, marilah kita melakukannya, bukan sebagai sukses dari jasa kita, melainkan bakti yang rendah hati, untuk semakin menyerahkan hati kepada Allah, yang menunjukkan Kasih-Nya tanpa batas pula.
Mazmur Tanggapan dari Mzm. 130:1-7 menggarisbawahi warna dasar pertobatan, yang ingin diajak dilaksanakan oleh seluruh Gereja: bahwa yang terpenting bukanlah tindak langkah, melainkan persembahan hati umat kepada Tuhan Allah. Oleh sebab itu, pentinglah bahwa telinga kita mendengarkan bisikan dan seruan Allah dengan cermat. Semoga buahnya adalah Tobat Hati sejati.
Bacaan Injil Matius 5:20-26 mengajak kita mengarahkan hati kepada Bukit Bakti kepada Allah: yaitu cara Yesus mengajak kita lebih mengarahkan hati daripada sekadar mengumpulkan tindak langkah aksi-aksi yang nampak dalam panca indera, tetapi hati. Itulah sebabnya, mengapa tercatat dalam Injil, bahwa tidak cukuplah kita memusatkan perhatian pada tindak langkah kesalehan, seperti para ahli Taurat dan orang Farisi, melainkan menyadari tekad hati berbakti kepada Tuhan. Pesan Tuhan Yesus menuju kepada pertobatan hati: dengan memperhatikan sikap Jiwa kepada saudara, melampaui ungkapan atau perbuatan belaka. Bahkan kita perlu memperhatikan, relasi-relasi batin dengan saudara, yang pada minggu-minggu ini perlu sungguh diperbaiki. sebagai ungkapan persembahan diri kepada Allah. Dalam kesadaran ini, damai kita dengan sesama, tidaklah cukup menjadi ucapan kata atau tanda tangan saja, melainkan hendaklah menjadi tindakan persaudaraan hati yang tulus.
Refleksi kita: siapkah kita membangun perdamaian dalam keluarga dan Gereja serta masyarakat, sehingga kerukunan menjelma seutuhnya setiap hari?
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal:Para korban pelecehan – Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja, semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas kesakitan dan penderitaannya.
Ujud Gereja Indonesia: Menggereja dengan perjumpaan – Kita berdoa, semoga warga gereja bangkit untuk hadir dan aktif secara fisik dalam ibadat-ibadat gerejani dan perayaan Ekaristi, sehingga hidup menggereja dapat dihayati sebagai perjumpaan, kehadiran, dan persaudaraan sosial yang nyata.
Amin