Renungan Harian Misioner
Sabtu Prapaskah I, 4 Maret 2023
P. S. Kasimirus
Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2,4-5,7-8; Mat. 5:43-48
Pembaca RenHar KKI yang terkasih: Shalom!
Di seberang Sungai Yordan, dengan perantaraan Musa, Allah mengikat Perjanjian dengan Umat Israel: Israel harus hidup menurut hukum-hukum dan ketentuan Tuhan, dan dengan itu mereka akan menjadi Umat Tuhan, dan Tuhan Allah akan menjadi Allah mereka.
Di seberang Sungai Yordan itulah, Israel mendapatkan identitas atau jati dirinya sebagai Umat Perjanjian, dengan kewajiban untuk hidup sesuai dengan identitas tersebut. Di dalam identitas itu tersedia aneka berkat yang akan didapatkan Israel, ketika mereka hidup menurut perjanjian yang diadakan dengan Tuhan dengan pengantaraan Musa tersebut. Sebagai Umat Perjanjian, Isreal mendapatkan status istimewa di hadapan segala bangsa. Ketika kedua pihak: baik Allah maupun Israel, hidup menurut apa yang telah saling mereka janjikan, maka dari pihak Allah, akan tersedia berbagai berkat untuk mendukung kehidupan Umat Israel. Di hadapan segala bangsa, Israel sebagai Anak (Umat) Perjanjian, akan menjadi yang kudus, yang terpuji, yang ternama, dan yang terhormat. Semua atribut yang mulia ini, hanya akan berlaku, ketika Israel hidup menurut hukum-hukum dan peraturan Tuhan!
Umat Perjanjian – Umat yang berbahagia
Pemazmur memberi penegasan, bahwa sebagai Umat Perjanjian, kehidupan Israel memang dirancang untuk kebahagiaan! Namun semua rancangan itu, baru akan berlaku, ketika Israel memenuhi perjanjian mereka, untuk hidup sesuai dengan hukum dan ketetapan Tuhan. Demikian, bukan hanya Israel di dalam Perjanjian Lama, tetapi juga dengan segala bangsa di dalam Perjanjian Baru, siapapun yang hidup menurut ketentuan dan hukum-hukum Tuhan, akan menjadi orang yang berbahagia!
Kasih sebagai Identitas Umat Perjanjian
Salah satu hal yang terutama dalam kehidupan Umat Allah, yang diikat dengan perjanjian tersebut, adalah Hukum Kasih. Kasih merupakan hukum yang terutama, dan penentu identitas umat Allah. Bahkan Tuhan Allah sendiri adalah Kasih itu, maka siapapun yang hidup di dalam kasih, dia hidup di dalam dan bersama dengan Allah (Bdk. 1 Yohanes 4:8-18).
Di dalam kasih inilah identitas orang-orang percaya menjadi sempurna, sama seperti Bapa surgawi juga sempurna adanya, dan kasih itu sekaligus menjadikan seseorang berbeda dengan atau dari dunia ini. Salah satu hal yang membedakan kasih seorang beriman dengan kasih seorang yang tidak beriman, ialah bahwa bahwa bagi seorang beriman, musuh pun harus dikasihi (Bdk. Matius 5:44).
Pada Masa persiapan Paskah ini, identitas ini menjadi penting. Karena perwujudan puasa, doa dan pantang harus membawa dampak yang positif bagi sesama, terutama mereka yang sakit, yang miskin, dan yang berkekurangan, mereka ini adalah orang-orang yang de facto membutuhkan kasih. Dan pada mereka ini jugalah tersedia kesempatan bagi kita untuk mewujudkan kasih kita kepada Tuhan Allah kita. Karena itu, sepanjang Masa Prapaskah ini, ketika kita bertemu dengan orang-orang yang membutuhkan kasih, seperti yang kita sebutkan di atas, orang-orang itu adalah utusan Allah, mereka dihadirkan untukmu supaya dapat mewujudkan kasihmu: Kasih kepada Allah, melalui kasihmu kepada sesamamu. Terima kasih Bapa, karena telah mengasihi kami dengan kasih yang luar biasa. Jadikan kami mampu membawa kasih-Mu kepada mereka yang memerlukannya. Amin!
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal:Para korban pelecehan – Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja, semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas kesakitan dan penderitaannya.
Ujud Gereja Indonesia: Menggereja dengan perjumpaan – Kita berdoa, semoga warga gereja bangkit untuk hadir dan aktif secara fisik dalam ibadat-ibadat gerejani dan perayaan Ekaristi, sehingga hidup menggereja dapat dihayati sebagai perjumpaan, kehadiran, dan persaudaraan sosial yang nyata.
Amin