Maria Kita

Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Prapaskah IV, 25 Maret 2023
HARI RAYA KABAR SUKACITA

Yes 7:10-14; 8:10; Mzm 40:7-8a.8b-9.10.11; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

Banyak sekali yang merayakan tanggal 25 Maret sebagai Pesta Besar, baik secara pribadi, maupun sebagai paroki atau Keuskupan atau sebagai tarekat hidup bakti. Di dalamnya termaktub kemanusiaan Maria maupun keilahian yang melingkupi Bunda Maria. Kita diundang merenungkannya dengan penuh bakti. Refleksi pribadi maupun gerejawi bisa penting.

Bacaan Pertama Yesaya 7:10-14.8:10b: membawa kita ke Perjanjian Lama. Di dalamnya kita menemukan, kelanjutan Kitab Kejadian, bahwa Allah sungguh ingin menunjukkan Kerahiman-Nya dalam mengampuni dosa manusia dan menebusnya melalui Imanuel. Hal itu sungguh menjadi tanda nyata, bagaimana “Allah menyertai kita”, baik dalam arti batin maupun dalam wujud nyata, manusiawi. Sebutan “perempuan muda” dan “Anak laki laki” jelas sekali menunjuk kepada “Maria dan Anak-Nya”. Di dalamnya termaktub juga kesediaan Maria, untuk dilibatkan Allah, dalam Karya Agung “menyertai manusia”, kendati segala dosa yang telah dilakukan orang. Sementara itu sebutan Yesaya memperlihatkan juga, bagaimana Allah melangkah sedikit demi sedikit,- namun pasti – untuk memperlihatkan kerahiman maupun cintakasih-Nya kepada manusia. Sementara itu, juga menjadi jelas, bahwa Allah sudah cukup dini memperlihatkan Kehendak-Nya, agar manusia terlibat dalam karya pemulihan perdamaian antara Allah dengan manusia ini.

Sementara itu, Mazmur Tanggapan Mzm. 40:7-11 menunjukkan juga, bahwa seluruhnya memang merupakan Kehendak Allah; bukan sekadar teori dan karangan penulis Alkitab, siapa pun juga. Dengan demikian, iman manusia menyambut Hati Allah Pengasih. Interaksi tersebut nantinya masih akan nampak terus dalam komunikasi iman antara umat manusia bersama Allah.

Bacaan Kedua dari Ibrani 10:4-10 memaparkan manusia dengan jenis relasi manusia, yang tidak begitu sama antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Cara pengorbanan dengan binatang dari Perjanjian Lama akan disempurnakan dengan Pengorbanan manusiawi; yang sekaligus juga dimuliakan dalam Kehendak Allah untuk menyambut pertobatan manusia. Allah beri ampun-Nya.

Bacaan Injil dari Lukas 1:26-38 memperlihatkan, percakapan antara Utusan Surgawi dengan Umat Manusia, yaitu Maria. Sapaan Allah dijawab oleh manusia berkenaan dengan “Kerjasama Penyelamatan Manusia” dan dengan “Kerelaan Allah menyatu dengan Manusia”. Oleh sebab itu, jawaban Perawan Maria dari satu sisi menjadi tanggapan manusia, dari sisi lain menunjukkan pula tanggapan bertanggung jawab (tidak sembarangan). Kata “Ya” nantinya akan diikuti oleh seluruh Umat Allah dalam Gereja maupun oleh banyak individu yang secara khusus mengucapkan kaul atau jawab untuk tahbisan imamat. Dengan kata lain, maka peristiwa ini bukan “Allah mendikte manusia”, atau “manusia sembarangan menjawab”, tetapi sungguh suatu percakapan. Dalam hal ini, kontak subyek dengan subyek tampak. Iman sungguh tampak sebagai interaksi antara subyek dengan subyek. Dalam arti ini, Pesta ini sungguh merupakan komunikasi agung antara Allah dan manusia. Oleh sebab itu, pantas dirayakan dengan bersungguh-sungguh. Oleh sebab itu, marilah kita berdoa: “Tuhan, kami bersyukur atas sapaan-Mu lewat Bunda Maria. Berilah Roh-Mu kepada kami, orang demi orang serta seluruh komunitas dan Gereja-Mu, agar benar-benar dapat menyambut sapaan-Mu dalam Kristus”.

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal:Para korban pelecehan – Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja, semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas kesakitan dan penderitaannya.

Ujud Gereja Indonesia: Menggereja dengan perjumpaan – Kita berdoa, semoga warga gereja bangkit untuk hadir dan aktif secara fisik dalam ibadat-ibadat gerejani dan perayaan Ekaristi, sehingga hidup menggereja dapat dihayati sebagai perjumpaan, kehadiran, dan persaudaraan sosial yang nyata.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s