Ketaatan Membuahkan Kemuliaan

Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Suci, 05 April 2023
P. S. Vinsensius Ferrer

Yes. 50:4-9a; Mzm. 69:8-10,21-22,31,33-34; Mat. 26:14-25

Tidak diragukan lagi bahwa mengikuti Kristus bukanlah suatu hal yang mudah. Bapa Paus Yohanes Paulus II berkata, “Sesungguhnya, etika Kristen mengarahkan kita ke suatu jalan yang sulit serta mengajak kita memasuki suatu gerbang sempit, yang mengantar kita menuju kehidupan sejati.”

Hidup sebagai pengikut Kristus zaman now, kita pun tidak luput dari godaan, hinaan, kritikan, dan ancaman. Namun, tetaplah berpegang pada ketaatan sebagai hamba Tuhan. Seperti yang diperbuat oleh Yesaya. Dia menyadari anugerah yang diperolehnya dari Tuhan, yang kemudian menjadi bekal kekuatannya untuk menghadapi musuh-musuhnya. Tuhan memberikan lidah seorang murid agar dia dapat menyemangati orang-orang yang letih lesu. Dia percaya bahwa Tuhan Allah Penolongnya tidak akan meninggalkannya. Dia menjadi hamba Tuhan yang taat dan setia.

Tuhan tidak akan menutup mata pada ketaatan hamba-Nya, yang senantiasa setia dan percaya kepada-Nya. Seperti dituliskan Yesaya, Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Ketaatan seorang hamba Tuhan pasti akan beroleh pertolongan dari-Nya. Kesetiaan, kesabaran kita dalam pelayanan, memperlihatkan kekuatan dan kedamaian batin kita menghadapi berbagai persoalan. Jika pertolongan Tuhan datang, tidak ada yang dapat melawan. Tidak lagi ada kekalahan, melainkan kemenangan dan kemuliaan.

“Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku” [Mzm. 69:10]. Terkadang semangat yang berkobar membuat apa yang kita pikirkan dan rencanakan langsung kita kerjakan tanpa peduli pada apa yang Tuhan kehendaki. Kita lupa berdoa mohon terang dan tuntunan-Nya, bertanya apakah yang aku rencanakan ini sesuai dengan kehendak-Nya?

Dalam bacaan Injil, Penginjil Matius mengisahkan peristiwa yang dialami Yesus pada akhir hidup-Nya. Dengan tegar Yesus menghadapi takdir-Nya karena percaya Bapa selalu menyertai-Nya, percaya Allah Bapa tidak akan meninggalkan Dia. Lewat pengkhianatan paling keji dan menjijikkan yang dilakukan salah seorang murid-Nya, Yesus dibawa pada kemenangan dan kemuliaan sejati.

Ulah seorang Yudas Iskariot yang rakus akan uang, menghalalkan segala cara dengan menjual Yesus senilai 30 uang perak demi keuntungan pribadi. Menghalalkan segala cara demi beroleh kejuaraan, penghargaan, prestasi mungkin ditemui juga pada zaman ini. Bisa jadi hal itu juga terjadi di sekitar kita, atau bahkan kita adalah salah satu pelakunya. Setiap pribadi perlu menyadari bahwa kita pun bisa menjadi seorang Yudas baik dalam hal kecil maupun hal besar.

Tanpa kita sadari, bisa jadi kita pun menjual Yesus, melepas agama dan iman demi kedudukan/jabatan, demi uang kita melakukan pengkhianatan keji terhadap-Nya. Menghalalkan segala cara demi mengeruk keuntungan dan kenikmatan duniawi. Lebih mengutamakan uang daripada nilai-nilai kemanusiaan. Tidak sedikit orang meninggalkan Yesus karena alasan cinta, untuk dapat menikah dengan gadis/pria idaman.

Di saat kita kurang bersyukur atas kehidupan yang kita jalani, itu juga merupakan pengkhianatan terhadap Yesus. Dalam kondisi/situasi tertentu, tidak berani menyatakan diri sebagai orang Katolik dihadapan publik, mengubah status agama di kartu identitas, semua itu juga termasuk pengkhianatan kepada Yesus. Tanpa kita sadari, kita pun adalah Yudas-Yudas produk masa kini.

Yesus telah wafat di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita dengan darah-Nya. Ia melewati semua itu dalam ketaatan-Nya kepada Bapa, percaya Bapa selalu menyertai-Nya. Yesus menyadari bahwa hasil akhir dari semua yang dijalani bukanlah kekalahan yang memalukan, melainkan kemenangan dan kemuliaan. Seperti keyakinan hamba Tuhan “Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong aku” [Yes. 50:9].

Seberapa banyak uang yang kita miliki, seberapa tinggi jabatan/kuasa yang kita duduki, tidak akan pernah menghalalkan kita untuk berbuat dosa meninggalkan Kristus demi kesenangan, jabatan, harta, kekuasaan dan cinta. Mohonlah kepada Tuhan, agar kita memiliki keberanian untuk hidup dalam iman yang teguh kepada Yesus kini dan selamanya.

(Alice Budiana – Komunitas Meditasi Katolik Ancilla Domini, Paroki Kelapa Gading – KAJ)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Budaya perdamaian dan tindak non-kekerasan – Kita berdoa, semoga makin subur dan berkembanglah kedamaian dan budaya non kekerasan, yang dibarengi dengan upaya mengurangi penggunaan senjata baik oleh negara-negara maupun warganya.

Ujud Gereja Indonesia: Kepercayaan diri kaum muda – Kita berdoa, semoga kaum muda sadar, bahwa keasyikannya dengan dunia digital dan fasilitas online bisa membuat mereka terisolasi dalam dunianya sendiri; semoga mereka dianugerahi keberanian untuk menemukan kembali rasa percaya diri dan kemauan untuk memperluas relasi dan pergaulannya juga di dunia offline.

 Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s