Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Paskah II, 19 April 2023
P. S. Leo IX
Kis 5:17-26; Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9; Yoh 3:16-21
Dalam percakapan dengan Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi, Yesus berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Perkataan Yesus ini merupakan salah satu bagian yang paling terkenal dalam Perjanjian Baru dan begitu sering digunakan oleh para misionaris dan penginjil di setiap zaman. Perkataan Yesus yang sederhana ini telah menggetarkan hati jutaan orang dan membawa begitu banyak orang kepada Kristus. Di samping banyaknya keterangan yang negatif terhadap “dunia” (kosmos), perkataan Yesus ini menegaskan bahwa dunia menjadi objek kasih Allah dan sekaligus mengungkapkan betapa luasnya kasih Allah. Kasih Allah tidak eksklusif hanya untuk satu atau beberapa bangsa, tetapi kasih penebusan yang merangkul seluruh dunia dan cinta pribadi untuk setiap individu yang telah diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya sendiri (Kej. 1:26,27). Yesus menunjukkan kepada kita paradoks cinta dan penghakiman. Kita bisa mencintai kegelapan dosa dan ketidakpercayaan atau kita bisa mencintai terang kebenaran, kebaikan, dan keindahan Allah. Jika cinta kita dipandu oleh apa yang benar, dan baik, dan indah maka kita akan memilih Tuhan dan mencintai-Nya di atas segalanya.
Betapa berbedanya kontras yang kita lihat di sini antara apa yang Allah kasihi dan apa yang manusia kasihi (Yoh. 3:19). Allah begitu mencintai dunia sehingga Dia memberikan Putra Tunggal-Nya untuk mati bagi orang berdosa, tetapi manusia begitu mencintai kegelapan sehingga ia membenci Terang yang menyingkapkan dosa-dosanya sendiri. Cinta manusia untuk kegelapan adalah obsesi yang tidak normal. Dalam kisah Nikodemus, Yesus menyatakan bahwa kalau kita percaya kepada-Nya, kita akan mempunyai hidup kekal. Kekal dalam hal ini tidak hanya berkaitan dengan sesuatu sesudah kematian kita. Hidup kekal adalah hidup Ilahi yang dianugerahkan kepada kita sekarang ini. Hidup kekal adalah hidup Dia Yang Abadi yang ada dalam diri kita masing-masing, yang mengalir dalam dan melalui diri kita, yang diberikan kepada kita ketika kita dilahirkan dari atas melalui baptisan, dan melalui kepercayaan kita kepada Yesus. Ketika kita masuk dalam relasi dengan Yesus dan mengikuti-Nya, kita menerima hidup yang ada di dalam diri-Nya, yang adalah relasi-Nya dengan Bapa-Nya.
Ketika kita bertumbuh dalam persahabatan dan kesatuan dengan Yesus, kita mulai mengenali hidup abadi yang ada di dalam diri kita dan kita semakin tidak tertarik pada berhala uang, kekayaan, kekuasaan dan berbagai jenis tawaran duniawi lainnya. Hidup dan kepercayaan membuat kita tinggal dalam Yesus, dan Yesus dalam diri kita, dan ketika bertumbuh dan menjadi semakin mendalam, hidup dan kepercayaan itu memasukkan kita ke dalam transformasi atau pembaruan hidup dalam Allah. Sesudah diperbarui, kita dapat mengerjakan hal-hal yang menurut perhitungan manusiawi tidak dapat kita lakukan dengan kekuatan sendiri: mencintai musuh, mengampuni dan mengampuni tanpa batas, hidup bersama dengan orang miskin dan lemah, murah hati seperti Bapa murah hati. Dengan demikian, mempunyai hidup berarti menerima Yesus yang datang untuk menyelamatkan kita dan membebaskan kita dari rasa takut, kekerasan, dan tembok-tembok dosa serta dari segala tawaran duniawi yang membuat kita menolak untuk berkembang dalam iman dan yang membuat kita tidak bersedia untuk dipimpin oleh Roh Kudus.
Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia memberikan Putra tunggal-Nya, supaya siapa pun yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, tetapi memiliki hidup yang kekal. Kehidupan kekal hanya datang bersama Yesus. Kita tidak mungkin mengalaminya tanpa memiliki Yesus, baik di bumi maupun di surga. Yesus bukanlah sekadar saluran atau batu loncatan untuk menuju kehidupan kekal dan surga. Yesus adalah hidup yang kekal itu sendiri dan Dia adalah surga itu sendiri. Marilah kita tetap teguh dalam iman akan Yesus dan membawa orang lain untuk percaya kepada-Nya supaya kita semua beroleh hidup yang kekal.
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Budaya perdamaian dan tindak non-kekerasan – Kita berdoa, semoga makin subur dan berkembanglah kedamaian dan budaya non kekerasan, yang dibarengi dengan upaya mengurangi penggunaan senjata baik oleh negara-negara maupun warganya.
Ujud Gereja Indonesia: Kepercayaan diri kaum muda – Kita berdoa, semoga kaum muda sadar, bahwa keasyikannya dengan dunia digital dan fasilitas online bisa membuat mereka terisolasi dalam dunianya sendiri; semoga mereka dianugerahi keberanian untuk menemukan kembali rasa percaya diri dan kemauan untuk memperluas relasi dan pergaulannya juga di dunia offline.
Amin