Renungan Harian Misioner
Sabtu Pekan Paskah IV, 06 Mei 2023
P. S. Dominikus Savio
Kis. 13:44-52; Mzm. 98:1,2-3b,3d-4; Yoh. 14:7-14
Di zaman mana pun, dulu maupun sekarang, iman dapat terganggu oleh aneka hambatan. Kita melihat kenikmatan makan menghambat Adam, gangguan iklim menghambat orang Israel di gurun, godaan ekonomi atau pangkat apa pun juga dapat menghambat iman. Pelbagai daerah dan kedudukan dapat menghalangi kita untuk menyambut uluran Tangan Tuhan dalam memberi anugerah.
Saulus/Paulus menghambat “Jalan Bersama para murid Kristus di sekitar Tuhan Yesus untuk mewartakan Kabar Gembira”. Penghambatan itu bisa hanya sekitar cara bicara, cara berpikir, cara berdagang, cara melayani negara; tetapi juga dapat menjadi seperti Saulus sampai menyebabkan kematian. Hal itu juga terjadi di abad 21, 20 atau kapan pun. Kisah para Rasul yang disebut tadi telah memaparkan, bagaimana Allah dari dulu sampai sekarang berkali-kali menawarkan pertobatan dan perbaikan hidup, dalam mengatasi hambatan iman. Dalam setiap tahap hidup kita, godaan atau hambatan iman sering kali oleh Tuhan dibantu diatasi, asal manusia bersiaga untuk bertobat dan “Kembali kepada Tuhan”. Kita malah melihat, bagaimana Saulus kemudian, tidak hanya bertobat, tetapi bahkan menjadi utusan, yang menjadi Pewarta Kebar Kerahiman Allah, yang sulit dicari bandingannya. Kita dapat menemukannya dalam lingkungan hidup atau pergaulan kita. Oleh sebab itu, percayaah, bahwa Roh Tuhan senantiasa bersedia mencurahkan Rahmat, agar kita memiliki kesiapan batin untuk bertobat; seberapa pun berat hambatannya. “Tuhan berkatilah saya dan pertobatkanlah saya terus menerus: supaya iman saya benar-benar tumbuh”.
Bentuk hambatan iman yang lain dan dapat mengganggu kita dalam berbakti kepada Allah, diceritakan dalam Kutipan Injil ini adalah perlunya kesediaan masing-masing kita atau komunitas kita dalam MEMAHAMI UNGKAPAN TUHAN dalam mewartakan Kehendak-Nya. Para murid dalam bacaan ini, rupanya sulit mengerti arti kata-kata atau maksud kata-kata Tuhan. Padahal, seluruhnya akan berkaitan dengan wujud, bagaimana justru Tuhan mau memperlihatkan cinta-Nya kepada kita. Dengan kata lain: salah mengerti atau salah tangkap juga dapat mnjadi “hambatan beriman”. Itulah sebabnya, sekarang kita sering diajak “belajar mengerti atau menafsir Sabda Tuhan dengan tepat-makna”. Jalannya, dapat dengan belajar bahasa, belajar gaya bahasa, belajar kemahiran menafsir ungkapan yang khas dalam Kitab Suci. Untuk dapat melakukannya, kadang kala perlulah kita menyiapkan diri, untuk mampu membuka telinga atau membangun komunikasi dengan sama, di samping mengerti kontemplasi dan berdoa dengan rendah hati. “Tuhan, ajarilah saya berdoa”.
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Gerakan-gerakan dan Kelompok-kelompok Gerejawi – Kita berdoa semoga gerakan-gerakan dan kelompok-kelompok Gerejawi menemukan kembali misi evangelisasi mereka setiap hari, dan menempatkan karisma mereka pada setiap pelayanan bagi mereka yang membutuhkan di dunia ini.
Ujud Gereja Indonesia: Kebijaksanaan Maria – Kita berdoa, semoga para ibu dan kaum perempuan bersedia meneladan Bunda Maria, sehingga mereka menjadi sabar dan bijaksana, rela berkorban dan percaya bahwa karena pertolongan Tuhan, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin terjadi bagi kehidupan anak-anak dan lingkungannya.
Amin